ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Thursday, July 16, 2009

Wahai Ibu: Waspadailah Gejala Gizi Buruk

Rastiana, balita genap berusia 1 tahun, memiliki bobot badan tidak lebih dari 2,7 ons yang sempat di Rawat di Ruang Alamanda, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Muluk (RSUDAM) Lampung, Selasa kemarin telah berpulang ke Rahmatullah. Balita yang terserang gizi buruk itu sudah tidak sanggup memperjuangkan hidupnya.

Selamat jalan Rastiana. Mungkin inilah takdir terbaik yang Allah gariskan padamu. Orang tuamu, tidak sanggup membiayai perawatanmu, karena orang tuamu hanyalah seorang buruh tani yang penghasilannya hanya cukup memenuhi kebutuhan perut saja. hari ini kemungkinan, ayahmu bisa mendapatkan uang lebih untuk makan alakadarnya, tapi di hari lain, bisa jadi keluargamu berpuasa, karena tidak ada uang yang bisa memenuhi kebutuhan perut.

Tahukah kau sayang, sebelum ajal menjemputmu, dengan segala keterpaksaan, ayahmu mesti tega membiarkan dirimu sakit tanpa mendapat perawatan medis. Tiga bulan lamanya. Satu bulan sebelumnya, kau sempat mengalami panas tinggi, sehingga tubuhmu menjadi kaku, berjuta-juta syaraf terputus mengakibatkan fungsi otakmu tidak berjalan dengan sempurna, selayaknya balita lainnya.

Itu semua karena keterbatasan ekonomi orangtuamu dan ketidaktahuan bagaimana cara menjaga gizi demi tumbuh kembangmu, sayang. Sama sekali tidak bermaksud untuk membunuhmu. Asal kau tahu, sayang. Dengan segala keterbatasan perekonomian orangtuamu, mereka meminjam uang ke sana-ke mari. Bahkan memelas mengharap iba dari penduduk sekitar untuk mau membagikan sebagian rezki mereka kepada orangtuamu. Ini semua mereka lakukan, hanya ingin melihatmu sehat kembali.

Satu hal lagi yang perlu kau ketahui juga, Rastiana. Keberadaanmu di RSUAM Lampung ini, adalah buah kemuliaan tetanggamu. Ini biaya hasil kolektif tetanggamu. Kau bisa bayangkan, merawat dirimu yang tengah sakit kritis ini, bukanlah membutuhkan biaya sedikit. Ayahmu tidak cukup pandai mengurus persyaratan bagaimana cara mendapatkan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Baik program pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
**
Kasus gizi buruk yang berdampak pada kematian, bukanlah kasus yang baru di Lampung ini. Rastiana merupakan satu diantara balita lainnya yang tidak mendapatkan penanganan secara baik oleh medis. Semua itu disebabkan karena ketidakpahaman orangtua mereka terhadap gizi buruk yang mendera anak-anak.

Berdasarkan data dari Ruang Alamanda RSUAM Lampung, dalam satu semester ini, terhitung per Januari 2009, RSUAM sudah menangani 15 anak yang menderita gizi buruk, empat diantaranya diketahui meninggal dunia. Dokter spesialis anak di Lampung, dr. Murdoyo mengatakan, Rastiana merupakan satu diantara balita yang dikategorikan parah sakitnya. Harapan untuk hidup secara normal laiknya anak-anak lainnya, sangatlah tipis. Kalau pun memang berusia panjang, Rastiana tidak bisa hidup secara mandiri.

Saat ia di rawat, hal pertama yang dilakukan oleh dokter yang menanganinya adalah merangsang asupan makanan yang bisa dicerna dengan baik ke dalam perutnya. Bayangkan, selama 3 bulan, tidak ada satu butir asupan makanan yang bisa dicerna dengan baik oleh Rasti. Apa-apa yang masuk ke dalam perutnya, pasti ditolak dengan cara keluar cairan dari lubang anusnya. Sungguh malang sekali anak ini.

Penulis coba menjabarkan, sesungguhnya penyebab penderita terserang gizi buruk, menurut dr. Murdoyo, tidak melulu karena kekurangan gizi. Ada faktor penyebab lainnya, yang bisa menyebabkan anak tersebut terkena gizi buruk. Bisa dari absorsi tubuh yang terganggu, bisa juga karena ada penyakit pada tumbuh penderita sehingganya banyak energi yang terserap dalam penyakit tersebut.

Mungkin itulah pentingnya, mengapa setiap satu bulan sekali, ibu yang memiliki balita dianjurkan memeriksakan anaknya ke posyandu secara rutin. Semua itu dalam rangka, mengecek kesehatan tubuh anak kita. Jika anak pada usia 1 tahun, namun berat badan tidak lebih dari 6 kilogram atau tidak ada peningkatan berat badan pada tubuh anak pada bulan berikutnya, maka patut orangtua mencurigai dan mencari penyebab masalah tersebut. Balita ini, sudah masuk kategori gizi tidak baik.

Masalah ini, banyak para ibu menganggapnya sepele. Padahal, tidak jarang dari gejala awal seperti ini justru berakibat fatal. Contohnya saja Rastiana. Padahal, kalau kita mau berfikir secara logika saja. Rastiana, hidup dilingkungan perdesaan. Tepatnya di Rawajitu. Daerah perdesaan, bukankah semestinya cukup protein dan vitamin yang kapan dan dimana saja bisa didapatkan. Dan Posyandu pun, menurut pengetahuan penulis, menyebar sampai pelosok desa. Dalam hal ini, Posyandu punya peran memberi pengetahuan seperti apa sesungguhnya gizi yang harus dipenuhi untuk balita.

Kalaulah dipadukan antara kecukupan makanan sarat gizi diperdesaan dan peran Posyandu, mungkin pasien yang kebanyakan di rawat karena gizi buruk, bukanlah pasien yang berasal dari perdesaan. Tapi ntahlah. Mungkin hipotesa sementara ini tidak cukup kuat untuk dibenarkan. Toh pada kenyataannya, justru pasien terbanyak yang terserang gizi buruk adalah pasien yang menetap di perdesaan.

Akhirnya penulis menyadari. Ternyata, untuk membebaskan balita Indonesia dari kasus gizi buruk, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tidak hanya bisa selesai dalam bentuk tulisan saja. tapi butuh action nyata untuk terbebas dari itu semua. Butuh kerjasama yang solid dari berbagai instansi terkait, supaya ke depan, masyarakat Indonesia, wabil khusus Lampung, tidak lagi awam dan cepat bertindak manakala anak-anaknya mulai mendapati gejala seperti ini.
Wallahualam.

0 komentar: