ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Thursday, August 27, 2009

Luar biasa, Bulan Ramadan kali ini, aku merasa ada yang beda. Energi untuk memanfaatkan moment ini lebih punya nilai manfaat, jauh lebih tinggi dari sebelumnya. setiap waktuku, tidak ada yang aku lalui dengan berdiam tanpa aktivitas. Dari urusan keduniawian sampai urusan akhirat dilakukan.

Aku senang dengan diriku yang seperti ini. Di bulan puasa ini, aku mulai belajar mencintai profesi sebagai juru pewarta, belajar menjadi hamba yang mengisi kekosongannya dengan tilawah dan berzikir, membaca serta belajar mengendalikan pikiran negatif yang ada dikepala ini.

Bayangkan saudaraku, sebelumnya, aku selalu malas memburu berita. Sekarang, aku berhasil menjadi pemburu yang baik. Sehari aku bisa hunting lebih dari 3 narasumber dan instansi. Dari ke tiga narasumber itu, aku bisa memecah berita menjadi 5 bahkan lebih isu yang laik untuk naik ke permukaan. Meskipun realisasinya, dari laporan itu, mungkin orang kantor hanya menerima dua atau tiga berita. Dengan alasan isu tidak seksi atau insert suara yang noise.

Yah.. Tapi sekali lagi itu bukan masalah bagi diri ini. Aku mesti bersyukur, ternyata aku bisa menjadi manusia yang aku inginkan. Yakni manusia yang produktif dan bermanfaat bagi orang lain.

Sudah dulu ya..mungkin, kali lain aku bisa meneruskan jemari ini menuliskan apa yang menjadi pemikiranku. sekarang...Lampung masih membutuhkan info aktual tentang kesiapan pemerintah dalam menghadapi mudik lebara...

Monday, August 17, 2009

Rumah Tua dan Penghuninya

Senin pagi, 17 Agusutus 2009, Kotaku, Bandar Lampung hujan deras. Pagi itu, langit tampak mendung dan diiringi hujan deras. Rumah tua yang menurut catatan terbuat pada tahun 1946 itu, yang kini menjadi tempat aku berdiam diri untuk meleraikan kepenatan setelah berkeliaran diluar seharian, nampak disetiap sudutnya meneteskan air dari sela-sela genteng lama. Mana kala hujan datang, kakak, adik, kakak ipar bahkan bunda tercintaku, selalu menadahkan tetesan air hujan yang masuk dalam rumah tua itu. Kata keponakanku bilang, di rumah datuk (nenek-penj), tidak bisa dijadikan tempat berlindung yang nyaman manakala hujan deras turun.

Bayangkan saja, sejak awal berdirinya rumah itu, hingga saat ini belum pernah mengalami renovasi. Hanya ketika bapak bersikeras memutuskan membeli rumah yang terletak di dalam gang itu, sayap kiri rumah tersebut di bangun dua kamar. Dan, satu diantara kamar yang dibuat itu, kini menjadi kamar pribadiku. Yah, ruang yang cukup ditempati dipan berukuran seluas rentangan dua tangan dan satu lemari baju dua pintu dan meja belajar, cukup bisa dijadikan tempat untuk memunculkan inspirasi dalam benakku.

Tidak ada yang istimewa dari rumah tua itu, tapi bagiku, inilah satu-satunya tempat persinggahan yang dimiliki orangtua ku. Bagaimanapun bentuknya, aku harus mensyukuri keberadaannya, setelah sebelumnya 20 tahun lamanya, kami sekeluarga bagaikan kucing beranak yang selalu pindah ke sana-ke mari, untuk sekedar mendapatkan tempat tinggal.

Ntah, daya tarik seperti apa, ketika aku tidak punya aktivitas diluaran, diri ini mampu bertahan di rumah itu dalam seharian, tanpa melihat matahari apalagi bertegur sapa dengan tetangga yang begitu mepet dengan rumah itu. Terkadang, orang sekitar rumahku, tidak pernah tahu, apakah aku ini ada di rumah atau tidak. Yang mereka selalu lihat, rumah itu, hanya ada satu penghuni tetap, yah, dialah Bundaku tersayang. Dalam kesendiriannya, beliau selalu mengisi waktu luangnya dengan perbanyak ibadah, memasak, menyulam dan terkadang mengasuh cucu.

Meskipun banyak waktu luang, bundaku, tidak mengisinya dengan 'nenangga' apalagi sampai membicarakan orang. Terkadang, justru bundalah, yang suka memberi warning, pada kumpulan ibu-ibu manakala mereka hanyut dalam mengoreksi orang lain. Makanya, meskipun bunda orang yang tidak punya pendidikan tinggi dan bergaulan luas, tapi bunda cukup disegani dengan ibu-ibu kompleks rumah itu, karena bunda selalu menerapkan nilai yang disampaikan oleh suami dan anaknya. Oh, bundaku, I love you full.

Aku jadi teringat pesan babe, untuk selalu menghargai, menyayangi dan menghormati bundaku. Menurut penilaian babe saat pertama kali dia melihat sosok wanita paruh baya itu, bundaku ini adalah sosok yang polos dan sederhana. Karena kesederhanaanya itu, beliau jenderung jadi manusia yang mengalah. Tapi dibalik kepolosad dan kesederhanannya itu, bunda punya kekuatan besar untuk mengalahkan egonya, menekan penderitaannya demi anak-anak yang beliau cintai.

Abangku juga pernah bilang, bundaku ini sosok wanita solihah yang tidak pernah tergabung dalam sistem. Beliau punya dedikasi, sehingganya dengan kesederhanaan hidup kelaurga kami, beliau mampu memberi spirit pada suami dan anak-anaknya untuk tetap bertahan menghadapi cobaan hidup.

Satu karakter yang cukup aku banggakan dari diri bundaku ini, selama beliau menjadi istri almarhum bapak, dan selama ia hidup dalam serba keterbatasan, bundaku tidak pernah berpikir apalagi sampai menuntut untuk sebuah benda yang layaknya dimiliki oleh banyak rumah tangga pada umumnya. Bunda punya sifat penerimaan yang luar biasa.

Aku baru menyadari itu. Seingatku, selama bunda berumah tangga, tidak pernah terpikirkan baginya untuk mengisi prabot rumah dengan lengkap. Seingatku juga, bunda tidak pernah punya keberanian untuk berhutang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak pernah terpikirkan oleh bunda, bagaimana kalau punya sofa yang bagus, bagaimana rumah itu punya perabot yang lengkap dan seterusnya.

Pemikiran bunda lebih pada subtansi. Ketika, suaminya kecukupan rezki, beliau lebih menyarankan pada suaminya untuk melunasi hutang-hutang bisnis atau lebih pada mementingkan biaya pendidikan anak-anaknya. Itulah kelebihan, penghuni wanita paruh baya rumah tua itu (tidak neko-neko). Meskipun dirinya tidak pandai memberikan nasehat, petuah dan bertukarpikiran apalagi solusi pada anak-anaknya, tapi bunda selalu menenangkan.

Inilah yang pada akhirnya, wanita yang dulu suka aku panggil 'Mamae' ini, sekarang berubah panggilan menjadi 'Bunda'. Karena menurutkan panggilan bunda adalah sebuah panggilan penghargaan serta penghormatanku pada seorang wanita yang sudah pernah makan asam garam kehidupan. Aku bangga dilahirkan dari rahimnya.

Bundaku sayang, inilah bentuk penghormatan yang bisa aku sampaikan pada bunda. Aku tidak punya harta, pangkat apalagi jabatan untuk membahagiakan bunda. Tapi aku yakin, bunda tidak pernah menuntut sesuatu yang lebih dari kapasitas yang dimiliki oleh anaknya. Terkadang, kalau aku dalam keterbatasan ekonomi, bunda selalu bisa bantu.

Satu pesan yang selalu aku ingat dan jaga. Bunda selalu mempercayai diri ini beraktifitas diluar sana. katanya gini "Mamae percaya sama kamu dan mengikhlaskan dirimu selalu berada diluar sana. Niatkan setiap langkahmu, hanya untuk berdawah," begitu pesan bunda yang membuat diri ini terbengong-bengong.

Masya Allah, bunda sudah tidak mempersoalkan lagi aktifitasku diluaran dengan waktu yang tidak jelas dan penghasilan yang tidak jelas juga. Adikku bilang, pekerjaanku ini proyek 'thank you' tapi semakin ke sini, lontaran kata-kata itu tidak lagi aku dengar. Bisa dipastikan 2 tahun terakhir. Ntah karena terbiasa atau karena mereka mulai menyadari bahwa aku juga butuh aktulaisasi diri atau karena aku sekarang sudah mulai menujukkan sikap terbuka, komunikasi selalu lancar, sehingganya miss komunikasi antara aku dan penghuni rumah itu, mulai teratasi. Wallahualam.
***
Eh, sebetulnya, dari awal aku punya niatan mau menuliskan tentang moment kemerdekaan RI tapi kenapa nglantur critain rumah tua dan penghuninya ya? he3x...pikiran dan tangan ini dari paragraf ke dua, sudah mengarahkan pada tulisan ini. Yah, mohon dimaklumi. Penulis blog namanya, jadi semaunya dong, menyampaikan isi kepala;)

Tuesday, August 11, 2009

You Are Still The One

Selasa (11-08), baru saja aku dan teman mendiskusikan sebuah hubungan. Dipersempit lagi, berbicara hubungan orang-orang yang telah punya status menikah secara sah dengan pasangannya.

Pembicaraan itu diawali dari seorang teman. Teman ini, menurut kami sebelum menikah, dia adalah sosok orang yang dinilai kaum wanita punya perhatian yang baik dengan teman wanitanya, tahu bagaimana memperlakukan wanita dan nampak-nampaknya, sosok teman kami yang satu ini orangnya sangat romantis. Dulu, waktu doi melangsungkan pernikahan, hati ini sempat berucap--beruntung sekali pasangan wanitanya yang telah berjodoh dengan temanku yang satu ini, pasti dia nanti akan menjadi manusia yang sangat bahagia di dunia ini, karena telah mendapatkan pasangan yang ideal menurut sebagian besar kaum wanita-- Mungkin dibelahan sana, banyak wanita yang menitikkan air matanya, karena harapannya pupus hari itu juga. Tidak menjadi wanita seberuntung istrinya bla..bla..bla..

Sekarang dirinya sudah menikah dengan wanita pilihannya dan sudah memiliki satu orang putra. Semenjak dirinya menikah, terkesan ada jarak antara kami. Ntah jarak itu siapa yang memulainya. Sebelumnya, aku dan dirinya sangat akrab, selalu ada saja bahan yang bisa dijadikan bahan untuk didiskusikan. Selalu ada waktu untuk bertemu dan berbagi cerita dan pengalaman. Ntah itu cuma cerita perkembangan media atau apalah.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai melihat karakter yang berbeda dari dirinya. Dahulu orang ini aku pandang punya kepekaan yang baik dengan wanitanya, tapi setelah menikah, kepekaan, perhatian serta pemahaman dirinya pada pasangan hidupnya justru bisa aku nilai dibawah nilai rata-rata. Seperti ada hal yang ia tutupi atau tidak ia sadari, bahwa sesungguhnya, romantisme dalam keluarga yang baru saja ia bina kurang lebih dua tahun, nampak-nampaknya pudar.

Dan mungkin, fenomena rumah tangga yang seperti ini, bukan hanya terjadi pada temanku yang satu ini saja. Banyak orang yang sudah menemukan jodohnya tapi dalam perjalanan pernikahannya ia sama sekali tidak menikmati indahnya hidup bersama pasangan. Hal itu disadari atau tidak.

Pasangan-pasangan ini banyak terjebak dalam sebuah rutinitas sehingganya mengabaikan, hakikat cinta yang semestinya tumbuh bersemi dalam sebuah hubungan yang penuh dengan keberkahan dari Allah itu. Disatukannya, dua insan yang berbeda dari jenisnya sendiri, dalam sebuah ikatan suci (pernikahan), supaya kita merasa bahagia dan nyaman dengan pasangan kita dalam menghadapi dinamika kehidupan ini.

Sang istri disibukan mengurus anak dan rumah tangganya (dapur, sumur dan kasur), sementara sang suami sibuk dengan mencari nafkah untuk memenuhi rumah tangganya karena sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Terlepas dari itu, dalam hubungan berumah tangga, kehidupan mereka kering, gersang serta tidak punya arti satu dengan lainnya. Ada dan tiadanya pasangan disisi kita, tidak mempengaruhi kehidupan pribadi ini. Semuanya berjalan sendiri-sendiri.

Hubungan yang seperti ini kalau toh, memang harus dipertahankan, tidak lain karena faktor anak yang mengikat. Bukan kesenyawaan dan bukan pula karena cinta yang tumbuh dalam pernikahan. Inilah kajian yang selama ini cukup menjadi perhatian serius bagi diriku. Karena menurutku, pasangan seperti ini sebetulnya begitu menjamur. Bahkan, anehnya, pasangan seperti ini tidak jarang terjadi dikalangan keluarga yang memahami agama.

Berapa keluarga sih, yang berhasil memupuk dan menumbuhkan rasa cinta dan chemistery dalam sebuah hubungan, bisa menganggap pasangannya adalah soulmate, berkomitmen untuk sehidup semati, tetap menjaga romantisme sampai tua? Cobalah tengok kelaurga-keluarga sekitar kita, atau mungkin kondisi rumah tangga kita sendiri yang perlu diperhatikan. Apa sebenarnya yang terjadi dengan hubungan antara kita dengan pasangan hidup kita?

Aku teringat ada seorang teman, ketika aku mengatakan punya mimpi dan harap bisa romatis sampai tua dengan pasangan ku kelak, justru dia malah menertawakan diriku. Katanya, Eni...Eni... itu mah, khayalan semua orang yang belum pada nikah. Setelah nikah, kata-kata dan perlakuan romantis itu cuma mampu bertahan satu bulan, selebihnya, ya..jalan sendiri-sendiri. Perkataan itu membuat aku terhenyak! Mindset, itu rupanya sudah mendarah daging di masyarakat kita kebanyakan. Yang menjadi pertanyaan besar dikepalaku, Tidakkah nantinya aku bisa menikmati indahnya cinta seperti yang diajarkan rosul pada Bunda Aisyah.

Yang aku tau, dengan adanya cinta dalam sebuah hubungan, maka cinta itulah menjadi energi besar untuk merubah segalanya. Karena cinta kita pasti rela berkorban, karena cinta kita pasti ingin jadi yang terbaik, karena cinta kesuksesan gemilang akan teraih dan karena cinta hidup ini akan terasa lebih hidup dan berarti.

Apalah artinya status pernikahan kalau cinta bukan landasannya? apalah artinya ikatan pernikahan kalau kita tidak bisa menggagap pasangan hidup kita adalah satu-satunya (Your still the one). satu-satunya orang yang bisa diajak berbagi dalam segala hal. Satu-satunya orang yang bisa mengerti akan diri ini.

Allah Robbii...apa susahnya sih, menyatukan suhu dengan pasangan kita? sementara dalam pernikahan itu mengandung keberkahan, yang tidak lain adalah cinta yang mesti tumbuh bersemi dalam sebuah hubungan, supaya kita merasa nyaman menjalani hidup ini.

Monday, August 10, 2009

Refleksi Festival ke-19 Krakatau Lampung

Festival ke-19 Krakatau Lampung tahun 2009 adalah ajang promosi Lampung sebagai salah satu referensi daerah wisata nasional dan mancanegara. Untuk menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata, tentunya membutuhkan kerja keras dalam perwujudannya. Saya pikir, tidak ada yang aneh dengan mimpi pemerintah dan masyarakat Lampung khususnya. Semua itu pada tataran yang normal saja.

Berbagai upaya telah dijalankan pemerintah, guna mempromosikan tempat-tempat wisata di Lampung. Pada festival kali ini, pemerintah, khususnya dinas parawisata Provinsi Lampung mampu mengajak 15 duta besar, melihat keindahan alam Lampung ini. Adapun ke-15 duta besar tersebut berasal dari Amerika Serikat, Jerman, Lebanon, Turki, Palestina, Brunai Darussalam, Singapore, Suriname, Afganistan, Polandia, Katar, Yunani, Bosnia, Slovakia dan Saikles. Hal ini merupakan prestasi yang membanggakan.Bahkan, menurut ketua pelaksana kegiatan festival ini, provinsi lain, tidak bisa menghadirkan dubes sebanyak di Lampung.

Berdasarkan hasil obrolan dengan salah beberapa dubes yang ada, mereka sangat tertarik dengan keindahan Gunung Karakatau. Palestina, Amerika dan Turki. Menurut mereka, ini merupakan pertamakalinya mengunjungi Lampung. Dan baru bertamakalinya, melihat dan mendengar secara langsung letusan dan dentuman kecil yang mengeluarkan asap tebal dari anak krakatau. Mereka juga mengatakan, akan menyarankan warganya, kalau berkunjung ke Indonesia jangan lupa mampir ke Lampung.

Semua mata saat itu, terbelalak menyaksikan keindahan dan fenomena alam di Lampung yang tidak membahayakan itu. Saat kami berada di sana, sedikitnya 6 kali anak krakatau mengeluarkan asap tebal. Itu bertanda, anak krakatau menyambut kedatangan kami. Belum lagi lumba-lumba sedang, mengiringi kapal yang kami tumpangi untuk mendekat ke arah anak krakatau. Wah, sungguh luar biasa. Inilah pertamakalinya, penulis menyaksikan keindahan dan keadidayaan ciptaan Allah.

Salah satu peminat wisata, Jimli Assidiqie mengatakan, keindahan dan kekayaan alam di Lampung merupakan nikmat yang harus disyukuri masyarakat Lampung. Tapi ia juga mengatakan, nikmat itu bisa juga menjadi bencana, manakala kita tidak bisa melestarikan dan mengelolanya dengan baik.

Tahukah Anda, anak krakatau semakin hari semakin meninggi dan menurut Bosmen kapal yang kami tumpangi, tahun sebelumnya, anak krakatau hanya mengeluarkan asap saja. baru kunjungannya kali ini, anak krakatau mengeluarkan suara seperti kledek disertai keluarnya kepulan asap pekat dari pucuk gunung tersebut.
**
Seperti yang sudah dikatakan Jimli Assidiqie, potensi keindahan alam Lampung memang patut diacungi jempol. Namun sangat disayangkan, keindahan alam yang dimiliki masyarakat Lampung tidak disertai kesiapan yang serius dalam mewujudkan Lampung sebagai visit years 2009.

Cerita dengar cerita, setiap Festival Krakatau dari tahun ke tahun, selalu saja ada kekurangan di sana-sini. Kekurangan itu terlihat dari masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Beberapa kekurangan yang akan saya sampaikan semoga dijadikan ajang perbaikan diri kita dalam menyambut tamu wisatawan yang akan datang. Saya ingin, apa yang sudah menjadi target pemerintah, yakni menghadirkan 2 juta peminat wisata di Lampung, realisasinya benar-benar ada.

Masih menurut cerita Jimli Assidiqie, Minggu (26-07) selama perjalanan menuju Menara Siger Lampung, sepanjang jalan dari Kecamatan Panjang sampai Bakauheni Lampung Selatan, ke-15 duta besar itu disuguhi dengan tontonan 4 kali kecelakaan.
Dua peristiwa terjungkalnya truk bermuatan barang dan 2 peristiwa lainnya kecelakaan motor.

Peristiwa yang terjadi memanglah bukan sesuatu yang sengaja dimunculkan dihadapan tamu mancanegara. Tapi semua itu, musibah belaka. Tapi menurut catatan Jimli, peristiwa yang terjadi, sebagai bentuk nyata infrastruktur di Lampung belum terlaksana dengan baik. Bukan hanya kecelakaan saja, catatan lainnya, adalah, pada saat pelaksanaan peringatan 1 tahun menara siger, acara yang semula direncanakan mulai pada pukul 08.00 wib, ternyata mulur dari rencana semula. Dan pada akhirnya, yang semula pada duta ini berangkat melihat anak Karakatau pada pukul 10.00 wib berubah menjadi pukul 11.00 wib.

Catatan ini cukup serius bagi investor yang akan menanamkan modalnya. Ini menujukkan bahwa Lampung memang secara nyata belum siap menjadi referensi wisata nasional maupun mancanegara. Alangkah sayangnya, keindahan alam yang dimiliki masyarakat Lampung, namun tidak disertai kesiapan SDM yang akan mengelola keindahan alam ini. Semestinya, ini bisa bernilai uang dan mampu menghidupi masyarakat Lampung yang lebih sejahtera lagi. Tidak perlu Lampung masuk wilayah termiskin nomor dua setelah Aceh.

Kemudian yang menjadi pertanyaan penulis, mengapa pada ajang promosi ini pemerintah hanya mengundang dubes saja. Mengapa tidak disertai mengundang investor. Toh, dubes juga tidak punya uang untuk menanamkan modalnya. Mereka hanya bisa bercerita saja dinegaranya masing-masing, sangat bisa dipastikan mereka tidak bisa mengambil wewenang untuk meminta pengusaha dinegaranya menanamkan modal di Lampung.

Sementara, dalam kunjungannya ke Lampung, pemerintah kita sudah menjamu tamu-tamu ini dengan sangat ramah sekali. Kita sudah menyiapkan Muli-Makhanai yang lancar berbahasa Inggris, murah senyum, terus terlihat ceria dan bersahabat. Saking bersahabatnya, pada duta itu, sampai berani memegang pinggul sang Muli di depan khalayak ramai. Teman-teman media yang menyaksikan ini, langsung mendokumentasikan moment indah itu.

Ntahlah. Haruskah seperti itu cara orang Indonesia wabil khusus Lampung, menyambut tamu-tamunya guna menarik investor menanamkan modalnya di Lampung untuk kemajuan dunia parawisata ini? Wallahualam bissowab. Miris sekali hati ini melihatnya. Inilah pertamakalinya, penulis mengikuti rangkaian kegiatan dinas parawisata. Ataukah memang diri ini yang masih terlalu polos dan lugu, sehingganya melihat pemandangan seperti itu mata ini menjadi sangat risih. Tapi kalau toh memang begitu, kenapa teman-teman lainnya merasakan kegundahan yang sama.

Tidakkah ada cara yang jauh lebih mulia lagi untuk menarik investor itu? Tidakkah dengan cara bekerja secara bersih dan profesional itu justru cara yang paling jitu menarik investor? Dalam hal ini, Lampung sudah cukup punya potensi alam yang indah. Kenapa kita menjadi manusia yang tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk membanggakan alam Lampung?

Sudahlah, penulis pikir tidak perlu terus-terusan mengkritik pemerintah yang sudah berusaha mewujudkan Lampung sebagai daerah wisata. Mungkin itulah batas kemampuan yang kita miliki. Kita belum punya cara yang jauh lebih ampuh untuk menarik investor. Kita hanya mampu menunjukkan keramahan dan kecantikan tapi belum mampu menujukkan kemampuan berfikir dengan benar. Karena itulah sejatinya kita, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi menuju manusia yang berwibawa dan bermartabat.

Sunday, August 9, 2009

Benarkah Noordin M Top Tewas?

Jumat-Sabtu (07—08, Agustus), public dikejutkan dengan penggerebekan master mind teroris Noordin M Top, di Tumenggung, Jawa Tengah. Penggerebekan itu berlangsung selama 17 jam di rumah Djahri, seorang Guru Agama Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan juga petani di Desa Tumenggung.

Selain penggerebekan di Tumenggung, Densus 88 juga memburu teroris di Bekasi. Dalam pemburuan itu, aparat menemukan setengah ton bom yang siap diledakan. Konon ceritanya, bom yang sudah disiapkan itu rencananya akan mengebom kediaman pribadi Presiden Republik Indonesia (RI), Soesilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, yang letaknya hanya berjarak sekitar 5 Km dari rumah presiden.

Pada pemburuan Densus 88 anti teror, 3 buron dinyatakan tewas (satu diantaranya di duga Noordin M Top) dan 3 lainnya masih dalam menyelidikan guna melakukan pengembangan lebih lanjut.

Prestasi yang patut diacungi jempol pada aparat RI yang telah mengusut dan menangkap dalang mengeboman di Indonesia yang terjadi sejak tujuh tahun silam. Kinerja yang luar biasa. Pasca peledakan di JW Marroitt dan Ritz Carlton, aparat langsung bergerak cepat, tanpa ada jeda dan tanpa henti-hentinya mencari hingga kepelosok desa otak penggerak pengeboman tersebut.

Sampai pada akhirnya, orang yang bersembunyi di rumah Djahri di duga Noordin M Top dinyatakan tewas, karena karena baku tembak yang dilakukan tim kepolisian. Sekali lagi patut diacungi sepuluh jempol untuk kepolisian RI.

Tapi, sayangnya, pemburuan Noordin M Top yang sampai menjadi mayat tersebut, tidak disambut suka cita oleh berbagai pihak di negeri ini. Ada yang bilang, penangkapan polisi terhadap Noordin dalam rangka mencari perhatian masyarakat dunia, bahwa Indonesia berhasil memburu buron nomor wahid di Indonesia. kepolisian terkesan ingin mendapatkan pujian.

Keraguan lainnya, bahwa jenazah yang berhasil dikeluarkan dari rumah Djahri tersebut, bukanlah jasad Noordin M Top. Keraguan ini dipertegas juga dengan pernyataan Kapolri Jenderal Bambang Dahuri, yang belum bisa memastikan bahwa jasad tersebut benar adalah Noordin. Polri masih mengunggu hasil tes DNA yang baru bisa dipublikasikan, kebenarannya dua minggu mendatang.

Inikah sebagai bentuk kehati-hatian Polri atau memang jasad itu bukan milik Noordin M Top. Sementara, kita ketahui bersama, dahulu, sepeninggalan DR. Azhari, Polri bisa secara cepat memastikan bahwa jasad yang sudah dalam kondisi berkeping-keping itu adalah DR. Azhari yang tidak lain adalah dosen Noordin sekaligus dalang utama pengemboman di Indonesia. Lantas, kenapa aparat begitu kesulitan memberi keterangan pers, bahwa jasad yang tewas pada Sabtu pagi itu, adalah jasad Noordin? Tidakkah polisi bisa mengetahui ciri fisik buron tersebut? Mengapa mesti berlarut-larut?

Sekali lagi penulis sampaikan, pujian yang luar biasa bagi aparat yang telah menemukan Noordin baik hidup atau mati. Tapi yang menjadi pertanyaan, benarkah itu jasad Noordin? Kalau toh bukan, siapakah lelaki yang telah berani mempertaruhkan nyawanya demi seorang Noordin.

Ini pertanyaan yang cukup menggelitik. Kenapa pula aparat yang bertugas kala itu melakukan penembakan pada lelaki yang bersembunyi di rumah Djahri? Sampai korban betul-betul tewas. Secara pemikiran penulis sebagai orang awam, mengapa, tersangka yang di duga Noordin itu ditangkap dalam kondisi hidup? Bukankah, pelaku yang saat ini sudah tewas, bisa dijadikan saksi guna melakukan pengembangan lebih detail sampai pada inti sasaran polisi.

Aneh bin ajaib. Sungguh penembakan yang terkesan membabibuta itu, sepertinya ada misi terselebung. Malang nian, nasib orang itu jika ternyata hasil DNA dinyatakan negatif. Tidakkah aparat punya pemikiran seperti penulis yang mewakili pemikiran masyarakat Indonesia pada umumnya.

Teroris itu kejahatan yang luar biasa menakutkan bangsa ini. Karena pelaku teroris, sudah membuat perekonomian di Indonesia karut-marut, menyudutkan citra Indonesia di mata dunia dan mematikan mata pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia. kenapa begitu diyakini bahwa lelaki yang bersembunyi di rumah Mudjahri adalah Noordin, justru kepolisian menembaknya sampai meregang nyawa di tolilet Mudjahri.

Saya pikir, kita semua yang menyaksikan tayangan langsung oleh beberapa media elektronik, dibuat gregetan. Sebelumnya, penulis sempat menonton film actioan, tapi kenapa pada real pemburuan yang ditayangkan secara langsung, terkesan begitu lama dan berlarut-larut. Bayanglah 17 jam, satu buron dikepung dari bagian atas kiri-kanan dan depan-belakang. Jumlah aparat yang melakukan pengepungan dilakukan oleh lebih dari 10 aparat yang tergabung dalam tim. Belum lagi ada robot yang ikut mengindentifikasi masuk dalam rumah guna memastikan lelaki itu Noordin atau bukan.

Saat itu, lelaki yang bersembunyi dalam rumah Mudjahri betul-betul terpojok. 17 jam, ia dalam kondisi kelaparan, katakutan dan kedinginan. Satu lawan sepuluh. Mestinya aparat bisa merangsek ke dalam dan membawa secara hidup-hidup lelaki yang ada di dalam rumah itu.

Penulis berharap, lelaki yang dinyatakan tewas itu adalah otak pelaku peneboman di Indonesia yang kian merajalela. Penulis tidak ingin, citra kepolisian tercoreng karena kecerobohan dalam penangkapan Noordin.

Terlepas benar atau tidaknya jasad tersebut, adalah Noordin M Top, kita sebagai rakyat yang pencitraannya telah dilecehkan, sudah waktunya kita waspada dari perbuatan yang tidak bertanggunjawab itu. Seperti Bang Napi katakan, kejahatan itu terjadi bukan karena ada niat, tapi kejahatan itu terjadi karena ada kesempatan. Jadi tetaplah waspada! Lindungi keluarga dan tetangga kita dari pencucian otak oleh teroris, karena rumor yang beredar, biasanya pelaku teror orang yang terkesan sedikit berbicara banyak bekerja.

Wallahualam

Tuesday, August 4, 2009

Meninggalnya Mbah Surip Peralihan Isu Teroris

Lama juga ga menuangkan ide pikiran. Terhenti sejenak karena kesehatan badan yang tak kenal kompromi. Sakit maunya digletakin aja, ga mau diajak kulu-kilir apalagi diajak mikir. Tapi hari ini pikiran ini aq coba ajak lagi untuk bekerja, memikirkan sesuatu yang sepantasnya dipikirkan untuk orang se-usia diriku ini.

Selasa (04-08), publik dikejutkan dengan meninggalnya penyanyi yang baru saja naik daun di usianya yang cukup tua. Mbah Surip. Ia meninggal sekitar pukul 10.30 wib, diperkirakan meninggalnya pelantun lagu 'tak gendong' ini disebabkan oleh serangan jantung. Semua media, terpusat pemberitaannya berturut-turut pada sosok lelaki tua yang fenomenal ini.

Berita meninggalnya Mbah surip, menggalahkan pemberitaan jatuhnya pesawat Merpati yang tengah hilang di kepulauan Papua dan meninggalnya Mbah Surip juga menyingkirkan pemberitaan yang tengah booming di negeri kita, yah pemberitaan teroris yang telah menedakkan bommnya untuk kesekiankalinya di Hotel ternama di jakarta.

Siapa sebetulnya Mbah Surip ini? betulkah, Mbah Surip sebegitu naik daunnya sehinggannya mengalahkan pemberitaan yang semestinya diberitakan? atau sebetulnya, berita meninggalnya Mbah surip yang diblow-up secara besar-besaran oleh media dalam rangka ingin mengalihkan isu teroris? karena, kepolisian atau Badan Inteligen Negara (BIN), tidak berhasil mengungkap atau memunculkan wujud secara nyata gembong teroris Nurdin M Top? yang kerap disebut-sebut manakala pengeboman terjadi di Indonesia.

Aku yang terlalu memandang sederhana Nurdin M Top atau memang dia dan rekan-rekannya memang sudah sangat hebat, sehingganya geraknya begitu sulit untuk dilacak oleh kepolisian Indonesia yang juga dibantu oleh kepolisian luar negeri. kok rasanya, aku tidak begitu mempercayai, bahwa dengan segala kesederhanaan yang dia miliki, mampu menembus pertahanan JW Marriot dan Ritz Carlton serta melululantakan hotel international itu.

Saking hebatnya lagi, dengan pengeboman yang notabene dilakukan oleh Nurdin M Top dan jaringannya itu, membuat agama Islam menjadi terpojok. Dalam hal ini, aq secara sah dan resmi sebagai seorang muslim, bahkan diri ini juga bergabung dalam sebuah jamaah. Tapi kenapa, pengeboman yang dikaitkan oleh pelaku muslim militan itu, sangat bisa membuat sebagian orang muslim menjadi tidak bangga dengan identitas dirinya. Islam identik dengan kekerasan, pertumbahan darah dimana-mana dan tidak senang dengan kemodernan.

Hebat ya, dalang dibalik semua peristiwa ini. Setelah merasa puas merusak memori umat muslim, mereka pergi begitu saja dan berbuat lagi kerusakan ditempat lain lalu membuat isu lain dan begitu seterusnya. Tapi ya uniknya, publik sepertinya juga ikut hanyut dengan permainan isu yang dibuat oleh orang-orang itulah. Aku yakin, dalang dan pelakunya cuma satu, dan dia adalah musuh sebagian besar orang, tapi dia selalu pandai mengatur ini semua, sehingganya dimata publik dia bagaikan pahlawan yang hadir untuk menyelamati dunia.

Yah, sudah jadi rahasia umum..