ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Tuesday, October 27, 2009

Berita Duka dari Negeri Jiran

Innalillahi Wainna ilahi Raaji'un.. Lagi Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia, yang bekerja di negara tetangga Malaysia, meninggal dunia karena disiksa oleh majikannya.

Mautik Hani (36 tahun), TKW asal Surabaya ini, meninggal dalam kondisi yang mengenaskan. Sebagian tulang rusuknya retak dan terlihat ada luka memar hebat dibagian wajahnya serta luka berlubang disebagian tubuhnya (Ntah, apa gerangan yang membuat Mautik diperlakukan seperti binatang).

Masih menurut informasi media, majikan Mautik, saat ini sudah diamankan oleh pihak kepolisian malaysia. Dan, kabarnya juga, majikan Mautik akan dikenakan hukuman gantung, karena telah menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja.

Dalam hal ini, pemerintah Indonesia segera meluncur tim advokasi ke Malaysia, guna meminta pertanggungjawaban pemerintahan setempat terkait meninggalnya salah satu warga Indonesia yang bekerja di negeri Jiran.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Husni Tamrin, di nilai cepat tanggap dengan situasi yang terjadi. Sebagai Menteri yang baru di lantik beberapa hari lalu, menurut pandangan publik, dia sudah menunjukkan kinerjanya dengan baik. Dengan cara, menurunkan tim advokasi dan menyantuni keluarga korban.

Tapi yang menjadi persoalan adalah, pembantaian, penyiksaan bahkan pelecehan terhadap TKW Indonesia, bukanlah perkara sekali dua kali. Ini permasalahan yang terus terjadi dan sepertinya selalu tidak ada solusi konkrit dari pemerintah maupun dari penyalur TKI yang bekerja ke luar negeri.

Penulis jadi teringat dengan obrolan ringan dengan teman. Teman ini ibu rumah tangga yang punya kesibukan diluaran juga. Dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya, ia mempercayakan orang lain yang membantu. Ada cerita yang cukup jadi bahan renungan serius. Teman ini, mengeluhkan pembantunya yang tidak cekatan dengan perintah yang ia sampaikan. Butuh waktu berulang-ulang dan terus-terusan, supaya sang pembantu ini bisa menyerap dengan baik, perintah majikannya.

Ini masih konteks kelokalan loh. Bahasa yang digunakan masih sama, Bahasa Indonesia. Dan setiap perintah yang disampaikan, penulis yakin, pasti penyampaiannya jelas dan yang terpenting dari semua itu, memperlakukannya dengan baik. Alias memanusiakan manusia.

Artinya, dapat dipahami bahwa, orang Indonesia ini, ketika memilih profesi sebagai pembantu rumah tangga, dia punya daya serap informasinya lambat. Faktor utamanya, rendahnya tingkat pendidikan dan pengalaman. Nah, lemahnya daya serap sang pembantu ini, membuat para majikan gregetan. Dan pada level yang memuncak, jika sang majikan ini tidak punya sense of humans dengan baik, maka karakter kebinatangannya akan muncul tanpa kendali.

Pada akhirnya, pembantaian, penyiksaan dan pelecehan seksual menghantui para TKW kita yang bekerja di negeri orang dan semua peristiwa ini terjadi dengan mudahnya, karena sebagian besar TKW kita, tidak punya daya pertahanan, daya juang dan perlawanan diri yang baik. Sehingganya, TKW kita selalu terzolimi akibat kebodohan mereka sendiri.

Ini PR besar yang harus diselesaikan dengan tuntas. Ini menyangkut harga diri dan citra sebuah bangsa. Indonesia, dalam hal ini sudah sangat terlecehkan. Karena apa? Masalah ini dari tahun ke tahun terus terjadi, dan sepertinya, pemerintah negara lain akan terus bertindak seenak udele dewek, karena tidak ada somasi atau tindakan secara tegas yang menimbulkan efek jera bagi bangsa lain, manakala mereka bertindak tidak sopan dengan bangsa kita.

Lantas, dari persoalan yang panjang lebar ini, apa sih yang bisa dilakukan?
Pertama untuk para calon TKW; adakala baiknya Anda sekalian tidak nekad bekerja ke luar negeri, manakala tidak punya skill yang memadai untuk bekerja di luar sana. Jangan mudah terbujuk rayu dari penyalur dengan iming-iming gaji besar. Percayalah, seenak-enaknya kita berada di negeri orang, masih enak kita berada di negeri sendiri, biarpun kita makan ubi jalar dan ubi kayu.

Kedua, untuk penyalur TKI yang mau bekerja ke luar negeri, bekerjalah secara profesional. Kalau toh, memang si calon TKW ini tidak mumpuni untuk dipekerjakan ke luar negeri, jangan dipaksakan hanya demi mengejar target. Satu hal yang perlu kalian ingat, Setetes darah yang sudah dikeluarkan oleh pahlawan devisa kita, akibat dari kelalaian kalian, maka setiap tetesan darah itu nantinya akan minta pertanggungjawaban. Demi Allah, Islam tidak akan meridhai sesama muslim membunuh atau menjerumuskan muslim lainnya.

Ketiga, untuk pemerintah. Anda pemegang kebijakan penuh. Kebijakan itu sangat menentukan baik dan buruknya sebuah bangsa. Buatlah aturan yang ketat yang diterapkan oleh TKI itu sendiri, pihak penyalur dan pemerintah negara setempat. Buatlah aturan, yang sekiranya ada pihak ingin berlaku sewenang-wenang terhadap aturan yang ada, maka mereka akan berfikir ulang untuk melakukan kejahatan.

Atau solusi yang lebih konkrit lagi, pemerintah membuka lapangan pekerjaan se luas-luasnya di negeri sendiri, supaya penduduknya tidak tertarik untuk bekerja di negeri orang. Apalagi bekerjanya hanya sebagai buruh kasar atau pembantu di tempat orang.

Jika tiga komponen ini sudah berjalan atau bekerja sebagaimana mestinya, penulis yakin, ke depan, tidak akan ada lagi cerita duka TKW kita yang merana dan menderita serta mati di negeri orang dengan sia-sia. Wallahualam, inilah sebuah mimpi dari seorang anak bangsa. Anak bangsa yang rindu akan hadirnya sosok pemerintah yang bisa mengerti dan paham kebutuhan rakyatnya.[]