ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Monday, August 17, 2009

Rumah Tua dan Penghuninya

Senin pagi, 17 Agusutus 2009, Kotaku, Bandar Lampung hujan deras. Pagi itu, langit tampak mendung dan diiringi hujan deras. Rumah tua yang menurut catatan terbuat pada tahun 1946 itu, yang kini menjadi tempat aku berdiam diri untuk meleraikan kepenatan setelah berkeliaran diluar seharian, nampak disetiap sudutnya meneteskan air dari sela-sela genteng lama. Mana kala hujan datang, kakak, adik, kakak ipar bahkan bunda tercintaku, selalu menadahkan tetesan air hujan yang masuk dalam rumah tua itu. Kata keponakanku bilang, di rumah datuk (nenek-penj), tidak bisa dijadikan tempat berlindung yang nyaman manakala hujan deras turun.

Bayangkan saja, sejak awal berdirinya rumah itu, hingga saat ini belum pernah mengalami renovasi. Hanya ketika bapak bersikeras memutuskan membeli rumah yang terletak di dalam gang itu, sayap kiri rumah tersebut di bangun dua kamar. Dan, satu diantara kamar yang dibuat itu, kini menjadi kamar pribadiku. Yah, ruang yang cukup ditempati dipan berukuran seluas rentangan dua tangan dan satu lemari baju dua pintu dan meja belajar, cukup bisa dijadikan tempat untuk memunculkan inspirasi dalam benakku.

Tidak ada yang istimewa dari rumah tua itu, tapi bagiku, inilah satu-satunya tempat persinggahan yang dimiliki orangtua ku. Bagaimanapun bentuknya, aku harus mensyukuri keberadaannya, setelah sebelumnya 20 tahun lamanya, kami sekeluarga bagaikan kucing beranak yang selalu pindah ke sana-ke mari, untuk sekedar mendapatkan tempat tinggal.

Ntah, daya tarik seperti apa, ketika aku tidak punya aktivitas diluaran, diri ini mampu bertahan di rumah itu dalam seharian, tanpa melihat matahari apalagi bertegur sapa dengan tetangga yang begitu mepet dengan rumah itu. Terkadang, orang sekitar rumahku, tidak pernah tahu, apakah aku ini ada di rumah atau tidak. Yang mereka selalu lihat, rumah itu, hanya ada satu penghuni tetap, yah, dialah Bundaku tersayang. Dalam kesendiriannya, beliau selalu mengisi waktu luangnya dengan perbanyak ibadah, memasak, menyulam dan terkadang mengasuh cucu.

Meskipun banyak waktu luang, bundaku, tidak mengisinya dengan 'nenangga' apalagi sampai membicarakan orang. Terkadang, justru bundalah, yang suka memberi warning, pada kumpulan ibu-ibu manakala mereka hanyut dalam mengoreksi orang lain. Makanya, meskipun bunda orang yang tidak punya pendidikan tinggi dan bergaulan luas, tapi bunda cukup disegani dengan ibu-ibu kompleks rumah itu, karena bunda selalu menerapkan nilai yang disampaikan oleh suami dan anaknya. Oh, bundaku, I love you full.

Aku jadi teringat pesan babe, untuk selalu menghargai, menyayangi dan menghormati bundaku. Menurut penilaian babe saat pertama kali dia melihat sosok wanita paruh baya itu, bundaku ini adalah sosok yang polos dan sederhana. Karena kesederhanaanya itu, beliau jenderung jadi manusia yang mengalah. Tapi dibalik kepolosad dan kesederhanannya itu, bunda punya kekuatan besar untuk mengalahkan egonya, menekan penderitaannya demi anak-anak yang beliau cintai.

Abangku juga pernah bilang, bundaku ini sosok wanita solihah yang tidak pernah tergabung dalam sistem. Beliau punya dedikasi, sehingganya dengan kesederhanaan hidup kelaurga kami, beliau mampu memberi spirit pada suami dan anak-anaknya untuk tetap bertahan menghadapi cobaan hidup.

Satu karakter yang cukup aku banggakan dari diri bundaku ini, selama beliau menjadi istri almarhum bapak, dan selama ia hidup dalam serba keterbatasan, bundaku tidak pernah berpikir apalagi sampai menuntut untuk sebuah benda yang layaknya dimiliki oleh banyak rumah tangga pada umumnya. Bunda punya sifat penerimaan yang luar biasa.

Aku baru menyadari itu. Seingatku, selama bunda berumah tangga, tidak pernah terpikirkan baginya untuk mengisi prabot rumah dengan lengkap. Seingatku juga, bunda tidak pernah punya keberanian untuk berhutang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak pernah terpikirkan oleh bunda, bagaimana kalau punya sofa yang bagus, bagaimana rumah itu punya perabot yang lengkap dan seterusnya.

Pemikiran bunda lebih pada subtansi. Ketika, suaminya kecukupan rezki, beliau lebih menyarankan pada suaminya untuk melunasi hutang-hutang bisnis atau lebih pada mementingkan biaya pendidikan anak-anaknya. Itulah kelebihan, penghuni wanita paruh baya rumah tua itu (tidak neko-neko). Meskipun dirinya tidak pandai memberikan nasehat, petuah dan bertukarpikiran apalagi solusi pada anak-anaknya, tapi bunda selalu menenangkan.

Inilah yang pada akhirnya, wanita yang dulu suka aku panggil 'Mamae' ini, sekarang berubah panggilan menjadi 'Bunda'. Karena menurutkan panggilan bunda adalah sebuah panggilan penghargaan serta penghormatanku pada seorang wanita yang sudah pernah makan asam garam kehidupan. Aku bangga dilahirkan dari rahimnya.

Bundaku sayang, inilah bentuk penghormatan yang bisa aku sampaikan pada bunda. Aku tidak punya harta, pangkat apalagi jabatan untuk membahagiakan bunda. Tapi aku yakin, bunda tidak pernah menuntut sesuatu yang lebih dari kapasitas yang dimiliki oleh anaknya. Terkadang, kalau aku dalam keterbatasan ekonomi, bunda selalu bisa bantu.

Satu pesan yang selalu aku ingat dan jaga. Bunda selalu mempercayai diri ini beraktifitas diluar sana. katanya gini "Mamae percaya sama kamu dan mengikhlaskan dirimu selalu berada diluar sana. Niatkan setiap langkahmu, hanya untuk berdawah," begitu pesan bunda yang membuat diri ini terbengong-bengong.

Masya Allah, bunda sudah tidak mempersoalkan lagi aktifitasku diluaran dengan waktu yang tidak jelas dan penghasilan yang tidak jelas juga. Adikku bilang, pekerjaanku ini proyek 'thank you' tapi semakin ke sini, lontaran kata-kata itu tidak lagi aku dengar. Bisa dipastikan 2 tahun terakhir. Ntah karena terbiasa atau karena mereka mulai menyadari bahwa aku juga butuh aktulaisasi diri atau karena aku sekarang sudah mulai menujukkan sikap terbuka, komunikasi selalu lancar, sehingganya miss komunikasi antara aku dan penghuni rumah itu, mulai teratasi. Wallahualam.
***
Eh, sebetulnya, dari awal aku punya niatan mau menuliskan tentang moment kemerdekaan RI tapi kenapa nglantur critain rumah tua dan penghuninya ya? he3x...pikiran dan tangan ini dari paragraf ke dua, sudah mengarahkan pada tulisan ini. Yah, mohon dimaklumi. Penulis blog namanya, jadi semaunya dong, menyampaikan isi kepala;)

0 komentar: