ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Monday, August 10, 2009

Refleksi Festival ke-19 Krakatau Lampung

Festival ke-19 Krakatau Lampung tahun 2009 adalah ajang promosi Lampung sebagai salah satu referensi daerah wisata nasional dan mancanegara. Untuk menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata, tentunya membutuhkan kerja keras dalam perwujudannya. Saya pikir, tidak ada yang aneh dengan mimpi pemerintah dan masyarakat Lampung khususnya. Semua itu pada tataran yang normal saja.

Berbagai upaya telah dijalankan pemerintah, guna mempromosikan tempat-tempat wisata di Lampung. Pada festival kali ini, pemerintah, khususnya dinas parawisata Provinsi Lampung mampu mengajak 15 duta besar, melihat keindahan alam Lampung ini. Adapun ke-15 duta besar tersebut berasal dari Amerika Serikat, Jerman, Lebanon, Turki, Palestina, Brunai Darussalam, Singapore, Suriname, Afganistan, Polandia, Katar, Yunani, Bosnia, Slovakia dan Saikles. Hal ini merupakan prestasi yang membanggakan.Bahkan, menurut ketua pelaksana kegiatan festival ini, provinsi lain, tidak bisa menghadirkan dubes sebanyak di Lampung.

Berdasarkan hasil obrolan dengan salah beberapa dubes yang ada, mereka sangat tertarik dengan keindahan Gunung Karakatau. Palestina, Amerika dan Turki. Menurut mereka, ini merupakan pertamakalinya mengunjungi Lampung. Dan baru bertamakalinya, melihat dan mendengar secara langsung letusan dan dentuman kecil yang mengeluarkan asap tebal dari anak krakatau. Mereka juga mengatakan, akan menyarankan warganya, kalau berkunjung ke Indonesia jangan lupa mampir ke Lampung.

Semua mata saat itu, terbelalak menyaksikan keindahan dan fenomena alam di Lampung yang tidak membahayakan itu. Saat kami berada di sana, sedikitnya 6 kali anak krakatau mengeluarkan asap tebal. Itu bertanda, anak krakatau menyambut kedatangan kami. Belum lagi lumba-lumba sedang, mengiringi kapal yang kami tumpangi untuk mendekat ke arah anak krakatau. Wah, sungguh luar biasa. Inilah pertamakalinya, penulis menyaksikan keindahan dan keadidayaan ciptaan Allah.

Salah satu peminat wisata, Jimli Assidiqie mengatakan, keindahan dan kekayaan alam di Lampung merupakan nikmat yang harus disyukuri masyarakat Lampung. Tapi ia juga mengatakan, nikmat itu bisa juga menjadi bencana, manakala kita tidak bisa melestarikan dan mengelolanya dengan baik.

Tahukah Anda, anak krakatau semakin hari semakin meninggi dan menurut Bosmen kapal yang kami tumpangi, tahun sebelumnya, anak krakatau hanya mengeluarkan asap saja. baru kunjungannya kali ini, anak krakatau mengeluarkan suara seperti kledek disertai keluarnya kepulan asap pekat dari pucuk gunung tersebut.
**
Seperti yang sudah dikatakan Jimli Assidiqie, potensi keindahan alam Lampung memang patut diacungi jempol. Namun sangat disayangkan, keindahan alam yang dimiliki masyarakat Lampung tidak disertai kesiapan yang serius dalam mewujudkan Lampung sebagai visit years 2009.

Cerita dengar cerita, setiap Festival Krakatau dari tahun ke tahun, selalu saja ada kekurangan di sana-sini. Kekurangan itu terlihat dari masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Beberapa kekurangan yang akan saya sampaikan semoga dijadikan ajang perbaikan diri kita dalam menyambut tamu wisatawan yang akan datang. Saya ingin, apa yang sudah menjadi target pemerintah, yakni menghadirkan 2 juta peminat wisata di Lampung, realisasinya benar-benar ada.

Masih menurut cerita Jimli Assidiqie, Minggu (26-07) selama perjalanan menuju Menara Siger Lampung, sepanjang jalan dari Kecamatan Panjang sampai Bakauheni Lampung Selatan, ke-15 duta besar itu disuguhi dengan tontonan 4 kali kecelakaan.
Dua peristiwa terjungkalnya truk bermuatan barang dan 2 peristiwa lainnya kecelakaan motor.

Peristiwa yang terjadi memanglah bukan sesuatu yang sengaja dimunculkan dihadapan tamu mancanegara. Tapi semua itu, musibah belaka. Tapi menurut catatan Jimli, peristiwa yang terjadi, sebagai bentuk nyata infrastruktur di Lampung belum terlaksana dengan baik. Bukan hanya kecelakaan saja, catatan lainnya, adalah, pada saat pelaksanaan peringatan 1 tahun menara siger, acara yang semula direncanakan mulai pada pukul 08.00 wib, ternyata mulur dari rencana semula. Dan pada akhirnya, yang semula pada duta ini berangkat melihat anak Karakatau pada pukul 10.00 wib berubah menjadi pukul 11.00 wib.

Catatan ini cukup serius bagi investor yang akan menanamkan modalnya. Ini menujukkan bahwa Lampung memang secara nyata belum siap menjadi referensi wisata nasional maupun mancanegara. Alangkah sayangnya, keindahan alam yang dimiliki masyarakat Lampung, namun tidak disertai kesiapan SDM yang akan mengelola keindahan alam ini. Semestinya, ini bisa bernilai uang dan mampu menghidupi masyarakat Lampung yang lebih sejahtera lagi. Tidak perlu Lampung masuk wilayah termiskin nomor dua setelah Aceh.

Kemudian yang menjadi pertanyaan penulis, mengapa pada ajang promosi ini pemerintah hanya mengundang dubes saja. Mengapa tidak disertai mengundang investor. Toh, dubes juga tidak punya uang untuk menanamkan modalnya. Mereka hanya bisa bercerita saja dinegaranya masing-masing, sangat bisa dipastikan mereka tidak bisa mengambil wewenang untuk meminta pengusaha dinegaranya menanamkan modal di Lampung.

Sementara, dalam kunjungannya ke Lampung, pemerintah kita sudah menjamu tamu-tamu ini dengan sangat ramah sekali. Kita sudah menyiapkan Muli-Makhanai yang lancar berbahasa Inggris, murah senyum, terus terlihat ceria dan bersahabat. Saking bersahabatnya, pada duta itu, sampai berani memegang pinggul sang Muli di depan khalayak ramai. Teman-teman media yang menyaksikan ini, langsung mendokumentasikan moment indah itu.

Ntahlah. Haruskah seperti itu cara orang Indonesia wabil khusus Lampung, menyambut tamu-tamunya guna menarik investor menanamkan modalnya di Lampung untuk kemajuan dunia parawisata ini? Wallahualam bissowab. Miris sekali hati ini melihatnya. Inilah pertamakalinya, penulis mengikuti rangkaian kegiatan dinas parawisata. Ataukah memang diri ini yang masih terlalu polos dan lugu, sehingganya melihat pemandangan seperti itu mata ini menjadi sangat risih. Tapi kalau toh memang begitu, kenapa teman-teman lainnya merasakan kegundahan yang sama.

Tidakkah ada cara yang jauh lebih mulia lagi untuk menarik investor itu? Tidakkah dengan cara bekerja secara bersih dan profesional itu justru cara yang paling jitu menarik investor? Dalam hal ini, Lampung sudah cukup punya potensi alam yang indah. Kenapa kita menjadi manusia yang tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk membanggakan alam Lampung?

Sudahlah, penulis pikir tidak perlu terus-terusan mengkritik pemerintah yang sudah berusaha mewujudkan Lampung sebagai daerah wisata. Mungkin itulah batas kemampuan yang kita miliki. Kita belum punya cara yang jauh lebih ampuh untuk menarik investor. Kita hanya mampu menunjukkan keramahan dan kecantikan tapi belum mampu menujukkan kemampuan berfikir dengan benar. Karena itulah sejatinya kita, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi menuju manusia yang berwibawa dan bermartabat.