ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Tuesday, December 15, 2009

Kasus Prita: Allah Menggerakan Hati Rakyat Indonesia

Selesai sudah tugas sosial Panitia Perempuan Lampung Peduli Prita (PPLP) menggalang sampai menghantarkan koin ke Posko Peduli Prita, tepatnya di Wetiga, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Koin yang terkumpul sebesar Rp 20 juta dari masyarakat Lampung. Subhanallah, ini menujukkan antusiasme masyarakat Lampung terhadap ketidakadilan hokum yang diterima oleh Prita Mulyasari.

Tidak sekadar sampai di Kebayoran Baru saja, kami pun, melalui lobi keluarga Prita di Lampung berhasil pula menemui Prita dan keluarganya di Bintaro, Tangerang. Konon, pasca mencuatnya kasus dirinya ke public, Prita mulai susah ditemui orang lain. Bahkan, telephone selulernya kini sudah berganti nomor. Ibu yang tengah mengandung putra ketiganya ini, nampaknya sudah kelelahan menerima tamu dari berbagai penjuru.

Biarpun hampir setiap hari nama Prita diperdengarkan di media, baik Prita maupun suaminya tidak serta merta meminta pengawalan ketat dari kepolisian untuk menjaga rumahnya.

Melihat secara langsung, terlihat, Prita dan suaminya terlihat orang yang terdidik dan cukup secara materi.Yang menjadi pertanyaan, apa gerangan yang membuat Prita begitu melejit, bahkan kasus hukum yang menimpanya saat ini mendapat simpati dari berbagai kalangan. Sampai tukang becak saja, bersedia mengumpulkan koin bahkan datang secara langsung untuk memberikan pada Prita. Tidak hanya itu, anak kecil yang secara akalnya belum sampai untuk memahami perkara Prita, tapi anak-anak sudah mau berbagi, menyumbangkan seluruh tabungannya yang telah terkumpul.

Allahu Akbar...berdiri rasanya bulu kuduk ini melihat rakyat Indonesia yang bersatu padu, membela sesamanya, menumpas kedzholiman. Penulis jadi teringat akan sebuah lirik lagu dari negeri Jiran Raihan. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, yang berat sama di pikul yang ringan di jinjing bersama. Dukungan ini menunjukkan, bahwa Prita tidak sendirian, seberat apapun beban yang Prita pikul, seluruh masyarakat Indonesia siap diajak berbagi.

Yang menjadi pertanyaan besar dalam benakku sekarang ini, apa gerangan yang membuat seluruh rakyat Indonesia mau bersusah payah untuk Prita. Toh kalau dilihat secara materi, denda yang dibebankan Prita dari RS Omni International sebesar Rp 204 juta itu, jika keluarga Prita mau urunan, pastinya bukan hal yang sulit. Apalagi sejak diputuskannya jumlah denda yang harus di bayar, Prita sudah mendapatkan keringanan setengahnya dari mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris.

Penulis coba menyelami pribadi Prita Mulyasari lebih dalam. Kalau dilihat kasap mata, nampaknya Prita adalah pribadi yang tegar, lembut, tulus dan penyayang. Tak jarang memang keluar dari bibirnya lafadz yang menyebut keagungan Tuhannya. Satu lagi, Prita bukan pribadi yang oportunis. Satu pernyataan yang membuat diri ini malu dibuatnya, saat penulis bertanya, seberapa besar optimisme terkait pembebasan pidana yang menimpanya, karena telah melakukan pencemaran nama baik rumah sakit Omni. Dirinya hanya menjawab ”Saya tidak berani mendahului kehendak Tuhan, biarkan kami menjalani proses ini sesuai dengan prosedura yang ada, perkara pembebasan diri saya, saya berserah diri padaNya,” kata Prita.

Mungkin, karena penyerahan, penghambaan dirinya yang total kepada Tuhannya, sehingga membuat Tuhan membantunya manakala dirinya dalam kesusahan. Allah menggerakan sekian juta hati penduduk Indonesia untuk bersatu padu membantu kesulitan dirinya. Ketika tangan Allah sudah bekerja, maka tidak ada sesuatu yang tidak mungkin terealisasi.

Lantas yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, akan di bawa kemana koin masyarakat itu, jika ternyata pihak Omni benar-benar mencabut tuntutan denda Rp204 juta itu? Atau bahkan koin itu terkumpul melebihi dari jumlah denda yang harus dibayarkannya. Lagi-lagi Prita menjawab ”Uang itu dari rakyat maka akan dikembalikan lagi pada rakyat,” ujarnya. Panitia, akan mengembalikannya dalam bentuk program-program kemanusiaan.

Ya Allah, begitu caramu memuliakan hamba-Mu dan begitu pula cara-Mu menghinakan dan menjatuhkan hamba-Mu. Mudah sekali, semudah mengembalikan telapak tangan. Ya Allah, semoga aku masuk ke dalam golongan orang-orang yang Engkau muliakan, meskipun sejujurnya aku malu berkata demikian. Wallahualam..