ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Monday, November 8, 2010

Bekerjalah Walau Kita Berbeda

Hari ini (Senin, 8 November 2010) Ku amati status demi status yang bertebaran di jejaring Facebook..Ku yakini status yang tertuliskan mencerminkan pribadi orang yang bersangkutan. Ada yang menulis mengalun-alun terbuai dengan perasaan hati mencari simpati, ada menuliskan perkembangan terkini adan pula yang menulis sangat remeh-temeh. Saya pribadi termasuk penulis status ketiganya..Terkadang masalah pribadi, perkembangan dunia tapi rasanya belum pernah menulis hal yang menurutku kurang penting untuk disebarkan. Prinsipku, jejaring facebook adalah wasilah untuk berbagi informasi dan berbagi ilmu.. Rasanya ku tidak pernah membiarkan diri ini menuliskan sesuatu yang sifatnya tidak penting.

Hmm,, Kita ketahui, bencana demi bencana selama kurun waktu kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono terus terjadi dimana-mana. Ingat bagaimana Tsunami di Aceh yang menelan korban ribuan nyawa, ingat gempa Jogja dan wilayah lainnya? Ingat ledakan pesawat? Ingat banjir? Bahkan masih hangat diingatan kita Banjir di Wasior, Tsunami di Mentawai, letusan gunung Merapi di Jawa Tengah hingga sekian dari penduduk di Jawa Tengah harus di evakuasi.

Di tengah duka yang menimpa Bumi Indonesia, kita kedatangan tamu agung dari Amerika Serikat. Yah, dia adalah Presiden AS Barack Husein Obama. Belum diketahui secara pasti apa sesungguhnya motivasi kunjungan ke negeri tempat ia pernah tumbuh kembang. Kedatangan beliau cukup mengundang kotroversi dari sejumlah ormas. Sebut saja Harokah Hizbuttahrir Indonesia (HTI), mereka adalah kelompok yang paling lantang menentang kedatangan Barack Obama ke Indonesia. Argumennya, kelompok ini tidak ingin negeri yang sebagian besar penduduknya adalah muslim, kedatangan tamu yang konon merupakan dalang penghancur kaum muslim se-dunia. Mereka menggelar aksi se-Nusantara atas bentuk penentangan mereka sebagai Warga Indonesia.

Aksi HTI cukup mengundang komentar yang sengit dari kelompok lainnya. Terkesan mereka antipati dengan aksi HTI bahkan menjeneralkan semua haroki untuk membenarkan pikiran negatif mereka terhadap ormas yang berpandangan syariah.

Saudaraku.. berpandangan syariah atau tidak berpandangan syariah, perlu kita ingat bahwa kita berada dalam satu wadah Negara Kesatuan Indonesia (NKRI). Kita satu nasib satu perjaungan. Berbahasa, bernegara satu yaitu Indonesia. Rasanya tidak pantas buat kita mengklaim kelompok kitalah yang paling benar. Adanya perbedaan cara pandang adalah bagian daripada sunnatullah (Rahmatan Lil Alamin), berbeda bukan untuk kita membeda-bedakan satu dengan lainnya, dari perbedaan justru menyatukan kita menjadi satu-kesatuan.

Bukankah hidup itu akan lebih berwarna dan lebih hidup jika ada perbedaan? PR bangsa ini membutuhkan pemikiran dan tenaga kita dalam penyelesainnya. Andaikan konflik yang tidak subtansial terus kita kedepankan, maka yakinlah, nasib bangsa ini tidak akan ubah dari sebelum-sebelumnya. Sungguh kita telah mengetahui, persoalan besar bangsa kita.

Saudaraku,,lihatlah ke depan, lihat saudara kita yang hari ini meraung-raung kesakitan, ketakutan dan kepedihan.. Mereka membutuhkan uluran tangan kita, mereka butuh dukungan kita secara moral dan materi..Mereka membutuhkan kerja nyata kita, mereka tidak butuh perdebatan kita. Rasanya tidak pantas ditengah kelonggaran kita seperi sekarang ini, justru kita manfaatkan dengan memperdebatkan hal yang tidak prinsip.

Biakan Obama datang dengan segala kepentingannya, biarkan HTI beraksi..Biarkan Jupe dan Depe berkonflik dengan urusan pribadinya dan biarkan kiai kondang menyelesaikan masalahnya. Segenap permasalahan yang mereka hadapi sungguh tidak ada seujung kukunya dari permasalahan bencana yang terus mengguncang Indonesia. Tahukah kita? Sungguh Allah telah menguji kesolidan kita, menguji tingkat empati kita (Apakah kita masih punya jiwa sosial yang tinggi atau sebaliknya?).

Indonesia.. negeri kita tercinta akan berhenti berguncang manakala kita penduduk yang menduduki negeri ini mau berdamai dengan diri sendiri dan orang lain serta alam sekitar..so..berhentilah menjadi komentator,karena itu tidak akan ada gunanya..Bukankah terus bekerja lebih baik daripada terus berdebat?

Mengutip sedikit perumpamaan Anis Matta: Jadi kalau diibaratkan minuman bersoda dituangkan ke dalam gelas maka kita akan melihat pemisahan antara buih dan minuman itu sendiri. Perhatikan, buih itu akan lenyap seiring waktu berjalan. Buih itulah manusia yang banyak retorikanya dan orang-orang bekerjalah yang akan tetap berada dalam becana. Sungguh kita pasti bisa putuskan posisi yang ingin kita harapkan!