ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Sunday, November 28, 2010

Peristiwa Berdarah Mesuji: Sedikit Saja Gunakan Akal Manusia


Peristiwa yang sangat tidak bisa diterima akal sehat saya. Perang antar desa hanya gara-gara seekor ayam.

Kamis (25-12) saya mendapatkan informasi dari Jon, teman pers dari Kompas. Melalui pesan singkatnya dia mengatakan "Bentrok warga di Desa Simpang Pematang, sudah 3 orang yang tewas"... Saya masih kurang mendapatkan informasinya, tapi seketika itu juga saya menilai informasi ini sungguh menarik untuk ditindaklanjuti. Diskusi lewat sms-pun terjadi antara saya dan Jon. Intinya, dengan atau tanpa teman dan fasilitas kendaraan yang memadai, Jon akan tetap melakukan tinjauan keesokan harinya.

Di akhir pesannya dia mengatakan "Gua punyanya cuma motor ne, jadi inilah yang bisa menghantarkan gua ke sana, besok. Coba lo tanya anak-anak TV siapa tahu mereka bisa bawa mobil ke sana,"..Berkoresponden dengan Oki (sumber pertama) pun aku lakukan, dia mengabarkan perkembangan demi perkembangan setelah kejadikan memilukan itu.

Perang alasan pun terjadi dalam benakku. Sungguh ku ingin berada di sana. Ku ingat Jumat sore jadwalku mengisi BBQ juga Ujian Tengah Semester (UTS). Ingin rasanya ku tinggalkan semua urusan pribadi itu, tapi bagaimana caranya biarku bisa sampai ke sana, tanpa sebegitu lelah karena perjalanan jauh. Aku cukup bisa mengukur diri, bahwa sebenarnya fisikku tidak punya ketahanan yang baik. Aku tidak mau sesampaiku di sana, justru tidak ada berita yang bisa ku laporkan ke pendengar, hanya karena aku sendiri kewalahan mengurusi fisik ini.
***
Waktu telah menujukkan pukul 11.00, terus pantau perkembangan baik dari televisi maupun dari institusi yang berwenang meleraikan pertikaian itu.. Bapak Kapolda dan Bapak Direskrim Lampung saat ku hubungi tengah dalam perjalanan menuju lokasi. Sementara, Jon, telah terlebih dahulu sampai dan mengabarkan pasca konflik suasana Kampung Simpang Pematang mencekam.
***
Peristiwa bentrok antar warga di Kampung Wirabangun, Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji disebabkan karena salah satu warga Simpang Pematang Panggang bernama Hasan bersama rekan lainnya hendak mencuri ayam, tidak langsung mencuri, terlebih dahulu Hasan mengikuti ajang sambung ayam. Ketahuan gelagat ingin mencuri, Hasan pun akhirnya dihakimi masa yang ada di lokasi saat itu. Tak lama kemudian, warga Simpangpematang Panggang berbondong-bondong berdatangan dengan jumlah masa yang tak kalah banyaknya. Masa membawa senjata tajam serta membabi buta setiap warga yang mereka lihat di lokasi.

Dampak dari peristiwa itu, 4 orang tewas, 2 rumah terbakar dan puluhan korban lainnya luka-luka parah. Dan, sampai tulisan ini saya terbitkan, suasana masih mencekam 70 persen warga masih enggan kembali ketempat tinggalnya. Mereka masih khawatir, jika peristiwa itu kembali terulang. Kampung Rawabangun sunyi senyap, seperti mati dari kehidupan, aktifitas ekonomi terhenti. Sejumlah kepolisian masih terus melakukan pengamanan desa dan upaya perdamaian pun terus dibangun demi kebaikan bersama.
***
Peristiwa seperti ini bukan hal baru, beberapa kali perang antar warga di seantora nusantara terus terjadi. Pemicunya kerap dengan hal-hal yang sederhana. Ntah itu gara-gara ayam, ponsel atau penyebab lainnya. Emosi orang Indonesia paling mudah tersulut pada hal-hal yang kecil dan remeh-temeh, tapi mengecilkan hal yang besar. Mungkin inilah salah satu faktor yang membuat Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara berkembang lainnya.

Kita yang berkonflik ataupun kita yang berada diluar ranah itu, coba tengok ayam yang menyebabkan perseteruan itu, masihkah ayam itu ada dikandang? Perhatikan lagi, apakah ayam itu dengan asyiknya terus mematuk-matuk pakan pemberian tuannya bersama betinanya atau rekan ayam lainnya tanpa beban? Sekali lagi ayam tetaplah binatang yang menjalankan kehidupannya berdasarkan insting. Kala dia lapar, maka dia akan mencari makan, kala musim kawin maka dia akan memburu betina dan seterusnya. Begitulah kehidupan binatang pada umumnya, wajar berprilaku seperti itu karena binatang, beda dengan manusia yang dilengkapi dengan akal dalam penciptaannya.

Andaikan ayam yang dipeributkan itu dibekali akanl, pasti dia akan tertawa terbahak-bahak seraya berkata "Lihat anak manusia itu, mereka bertikai karena saya..Padahal saya ini andaikan mereka potong lalu di masak, pastilah akan mengenyangkan rasa lapar mereka, tapi kali ini mereka bertikai karena saya. Betapa hebatnya saya ini. Ha..ha..ha..ha..ha.."

Dalam sebuah pertikaian yang kalah jadi abu dan yang menang jadi arang..Semua tersulut oleh amarah yang berkobar-kobar..Sungguh tidak akan jadi apa-apa. Justru hanya bisa melumpuhkan akal sehat saja.

Wahai saudaraku yang bertikai, dimanapun kalian berada! Lakukan apa yang semestinya anak manusia lakukan. Renungkan apa yang telah kalian lakukan! Lihat apa dampak dari yang kalian lakukan! Nyawa melayang, rumah terbakar dan kini aktifitas yang mendukung merut kalian terpaksa terhentikan karena ulah kalian. Apa yang patut dibanggakan dari semua ini? Sudah waktunyanya gunakan sedikit saja akal sehat kalian, duduk bersama untuk menyelesaikan konflik yang tak penting ini, apapun alasannya. Dan terakhir, jangan pernah mengulangi perbuatan bodoh yang tak bertanggungjawab ini.