ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Thursday, December 18, 2008

Kemacetan Membawa Berkah

Hari Kamis (18-12), Bandarlampung hujan deras selama 2 jam. Saking derasnya, beberapa jalan protokol di daerahku tergenang banjir yang merandam rumah sekitar hingga menutupu badan rumah. Akibat banjir itu, jalan utama Jl. Teuku Umar macet total.

Pada hari itu, dipastikan semua jalan tidak ada yang lengang, semuanya padat kendaraan. Hari itu juga bertepatan dengan agenda rutin mingguan. Saat mau pulang terlihat jalanan udah padet dan sulit dilalui kendaraan. asap kendaraan begitu pekat, belum lagi sahut-sahutan klakson kendaraan motor dan mobil. Semua pengguna jalan tidak ada yang mau mengalah. Semuanya berebut mau duluan sampai ke tujuan mereka masing-masing, termasuk juga saya.

Asap pekat kendaraan menghembus-hembuskan ke wajahku. Tak tahan rasanya menghirup polusi udara dan mendengar bising klakson. Tapi itulah nasib, keberadaan aku ditengah kemacetan tak terhindarkan. Jalan mau menuju kerumah yang semetinya bisa ditempuh dengan waktu 15 menit, eh.. ini harus bersambar sampai 1 jam. Udah itu, sampainya ga' ke rumah lagi. melainkan ke rumah keponakanku Ahda Sabila. (Emang di suruh silaturahim kali ya).

Asli deh, hari itu sangat membosankan. Tahukah kalian, mestinya hari itu saya harus menyelesaikan laporan keuangan LSM ku ke Pemda. Laporan harus terkumpul tanggal 20 Desember. Karena insiden itu, beberapa pekerjaan harus di panding dulu. Kalau mau turutin nafsu, emang sebelnya ga' ketulungan. Tapi yah... sekali lagi, inilah Eni, orangnya selalu berusaha menikmati apa yang terjadi pada diri ini. Biar hujan mengguyur badan yang belum sembuh amat plus kena polusi udara, semua di bawa enak aja bo! Kan Allah yang punya badan ini. Bukan begitu saudara?

**

Pagi pukul 07.30, lagu Bangkitlah Negeriku Harapan itu Masih Ada, mendendang dari ponselku, tertanda ada panggilan masuk. Hardi menelpon. Dia minta jam segitu juga aku harus mengantarkan motor yang ku pinjam darinya, katanya mau anter nasi ke posko banjir. "Mmmm...gimana ya di, aq belum mandi. Tapi tetap aku usahakan sampe ke sana secepatnya," jawabku yang masih belum sepenuhnya sadar dari tidur yang ku teruskan badah subuh.

Mengingat, motor ini harus kulu-likir ke beberapa lokasi, akhirnya tanpa basuh muka apalagi mandi, aku ngloyor aja menuju tempat kerjaku. Alhamdulillah, jalan ga' begitu macet, jadi bisa sampai lokasi 10 menit dari tempat keponakanku.

Sesampainya dikantor, aku langsung meneruskan pekerjaan yang belum terselesaikan. Aroma tidak sedam perlahan-lahan mulai tercium dari badanku sendiri. "Bau apa ini ni, lo belum mandi ya," kata Sabiq, orang pertama yang aku temui di kantor. Cuek aja lagi, kambing ga' mandi aja laku, masa' seorang eni ga' laku lantaran ga' mandi.he3x...

Oya, sebetulnya dari cerita panjang lebar, ngalor-ngidul ini, aku pengen kasi tau sama temen-temen. Ternyata kesabaran dan berusaha untuk berkomitmen nepatin janji itu ada buahnya. Tahukah kalian, sampai saya menuliskan kisah sederhana ini, temanku yang bernama Mardiati, Aku panggil dia "Jo" (maknanya cukup orang-orang saya aja yang tahu), saat ini tengah membantu menyelesaikan laporan yang mestinya terkumpul besok. Dia serius banget ngerjainnya, sampe-sampe lupa makan (ga' ada duit kali.he3x..).Tapi agaknya ga' mungkin besok dikumpul, tau sendirilah kantor pemerintahan mah, mana ada yang kerjanya lebih dari 8 jam apalagi lebih dari 5 hari.

Jadi teman, hikmah yang mau saya angkat sekarang adalah, apapun yang terjadi pada diri kita tetaplah bersabar dan jangan berpancing emosi sesaat. Dari kejadian macet itu, aku jadi suka pandai mengamati prilaku orang. Jadi, orang itu akan terlihat sifat aslinya kalau sedang dalam kondisi panik dan menegangkan.[*]