ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Thursday, October 15, 2009

Di balik Peristiwa Pemadaman Bergilir

Genap satu minggu sudah pemadaman bergilir untuk Wilayah Lampung dan sekitarnya berlangsung. Bahkan menurut informasi yang penulis dapatkan, pemadaman ini akan teratasi alias listrik di Lampung bisa beroperasi dengan normal kembali pada bulan November awal, terhitung sejak tanggal 8 Oktober lalu. Wah, nampaknya pemadaman bergilir kali ini, merupakan pemadaman yang relatif lama ketimbang pemadaman-pemadaman sebelumnya.

Fenomena yang terjadi di lapangan, seminggu saja pemadaman bergilir terjadi, konsumen yang bergerak di bidang industri baik sektor besar maupun kecil, dapat ditaksir telah mengalami kerugian mencapai Rp. 1 Triliyun. Tentunya, kerugian ini tidak hanya dialami oleh konsumen. Pihak PLN sekalipun, tentunya mengalami kerugian yang tidak kalah besarnya. Namun dalam hal ini, tentu PLN tidak akan berbicara ke publik tentang nominal kerugian. Orang bijak bilang, tidak elok berbicara demikian terhadap publik.

Selain kerugian secara materil, stabilitas aktifitas masyarakat juga terganggu. Coba kita perhatikan jalan-jalan protokol perkotaan Bandar Lampung, kesemrautan pengguna jalan semakin menjadi-jadi saja. Coba kita tengok aktivitas perkantoran, pegawainya lebih banyak mengobol atau membaca koran, karena cuma listriklah yang dapat menunjang terselesaikannya sebuah pekerjaan.


Apa yang baru saja penulis sampaikan, mungkin baru sebagian kecil dampak dari pemadaman yang terjadi selama satu minggu terakhir ini. Ntahlah, akan berapa banyak kerugian lainnya jika pemadaman ini akan terus berlanjut.

***

Tapi rasanya tidak arif, kalau penulis juga tidak memandang lebih dalam, apa sebenarnya yang terjadi dibalik kerugian konsumen dampak dari pemadaman bergilir ini. Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menyudutkan satu pihak saja. penulis berharap dari sebuah tulisan ini, semua pihak tercerahkan, masing-masing kita coba menganggap persoalan ini adalah persoalan bersama. Dimana, penyelesaiannya membutuhkan kedua belah pihak untuk duduk bareng, lantas bersama-sama mencari solusi terbaik dari persoalan ini.

Masing-masing kita, menurunkan ego, menganggalkan kepentingan yang sifatnya pribadi, menanggalkan pengakuan bahwa 'Akulah orang yang paling dirugikan' dan sebagainya. Mungkin ketika kita, sama-sama sudah membuka diri dan menerima kenyataan, akar permasalahan ini akan terselesaikan dengan baik.


Baiklah, penulis akan coba menerangkan, apa latar belakang atau penyebab utama kenapa sih, Lampung sering sekali mengalami pemadaman secara bergilir.

Tahukah Anda, bahwa saa ini Lampung mengalami devisit pasokan daya sebesar 130-140 MW. Sementara penduduk Lampung memiliki kebutuhan pasokan daya siang hari sebesar 270-280 MW, belum lagi beban malam tidak kalah besarnya, yakni mencapai 400 MW.

Permasalahan ini bertambah kompleks, manakala 2 Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU) Tarahan, unit 3 saat ini mengalami kerusakan pada tabung weller dan pada unit 4 saat ini tengah dalam kondisi pemeliharaan secara rutin. Konon kabarnya, untuk unit 4 baru dapat beroperasi pada 35 hari ke depan setelah masa pemeliharaan.

Kemudian masalah penujang lainnya, dua PLTA di Batu Tegi dan Way Besai, saat ini juga tidak dapat beroperasi lagi. Mengingat, saat ini, Lampung tengah mengalami musim kemarau yang berkepanjangan.

Untuk tetap bisa menghidupi Lampung, meskipun ala kadarnya, pihak PLN mengoptimalkan PLTD yang ada dan mendapat kiriman daya dari Wilayah Subagsel dengan sistem interkoneksi.

Dengan demikian, pemadaman lampu untuk Wilayah Lampung, tentunya akan tetap berlangsung selama devisit pasokan daya, kerusakan dan faktor kemarau masih menghinggapi kita.

Dalam hal ini, bukan berarti PLN tidak punya upaya untuk mengatasi masalah penerangan di Lampung. PLN saat ini tengah mengupayakan pembangunan PLTU Sibalang, dan proses pembangunannya sudah berjalan 30 persen dengan target selesai pengerjaan hingga tahun 2011.

Itulah, permasalahan yang tidak bisa dipungkiri lagi oleh masyarakat Lampung. Konsumen menginginkan listrik tetap menyala, namun penyedia dalam hal ini PT.PLN punya keterbatasan dalam melayani pelanggannya dengan baik. Disadari atau tidak, pelanggan memiliki ketergantungan penuh pada pihak PLN, karena sampai saat ini, di Indonesia belum ada pembanding lainnya (pihak swasta).

Solusi yang bisa ditawarkan, pelanggan sedari sekarang sudah sepatutnya mengurangi pemakaian listrik yang sifatnya tidak penting, jika kita menghendaki pemadaman tidak terus-terusan terjadi. Untuk PT.PLN, tolong dong, tidak menaikkan tarif dasar listrik, karena keputusan yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pelayanan yang diberikan. Wallahualam..