ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Sunday, August 9, 2009

Benarkah Noordin M Top Tewas?

Jumat-Sabtu (07—08, Agustus), public dikejutkan dengan penggerebekan master mind teroris Noordin M Top, di Tumenggung, Jawa Tengah. Penggerebekan itu berlangsung selama 17 jam di rumah Djahri, seorang Guru Agama Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan juga petani di Desa Tumenggung.

Selain penggerebekan di Tumenggung, Densus 88 juga memburu teroris di Bekasi. Dalam pemburuan itu, aparat menemukan setengah ton bom yang siap diledakan. Konon ceritanya, bom yang sudah disiapkan itu rencananya akan mengebom kediaman pribadi Presiden Republik Indonesia (RI), Soesilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, yang letaknya hanya berjarak sekitar 5 Km dari rumah presiden.

Pada pemburuan Densus 88 anti teror, 3 buron dinyatakan tewas (satu diantaranya di duga Noordin M Top) dan 3 lainnya masih dalam menyelidikan guna melakukan pengembangan lebih lanjut.

Prestasi yang patut diacungi jempol pada aparat RI yang telah mengusut dan menangkap dalang mengeboman di Indonesia yang terjadi sejak tujuh tahun silam. Kinerja yang luar biasa. Pasca peledakan di JW Marroitt dan Ritz Carlton, aparat langsung bergerak cepat, tanpa ada jeda dan tanpa henti-hentinya mencari hingga kepelosok desa otak penggerak pengeboman tersebut.

Sampai pada akhirnya, orang yang bersembunyi di rumah Djahri di duga Noordin M Top dinyatakan tewas, karena karena baku tembak yang dilakukan tim kepolisian. Sekali lagi patut diacungi sepuluh jempol untuk kepolisian RI.

Tapi, sayangnya, pemburuan Noordin M Top yang sampai menjadi mayat tersebut, tidak disambut suka cita oleh berbagai pihak di negeri ini. Ada yang bilang, penangkapan polisi terhadap Noordin dalam rangka mencari perhatian masyarakat dunia, bahwa Indonesia berhasil memburu buron nomor wahid di Indonesia. kepolisian terkesan ingin mendapatkan pujian.

Keraguan lainnya, bahwa jenazah yang berhasil dikeluarkan dari rumah Djahri tersebut, bukanlah jasad Noordin M Top. Keraguan ini dipertegas juga dengan pernyataan Kapolri Jenderal Bambang Dahuri, yang belum bisa memastikan bahwa jasad tersebut benar adalah Noordin. Polri masih mengunggu hasil tes DNA yang baru bisa dipublikasikan, kebenarannya dua minggu mendatang.

Inikah sebagai bentuk kehati-hatian Polri atau memang jasad itu bukan milik Noordin M Top. Sementara, kita ketahui bersama, dahulu, sepeninggalan DR. Azhari, Polri bisa secara cepat memastikan bahwa jasad yang sudah dalam kondisi berkeping-keping itu adalah DR. Azhari yang tidak lain adalah dosen Noordin sekaligus dalang utama pengemboman di Indonesia. Lantas, kenapa aparat begitu kesulitan memberi keterangan pers, bahwa jasad yang tewas pada Sabtu pagi itu, adalah jasad Noordin? Tidakkah polisi bisa mengetahui ciri fisik buron tersebut? Mengapa mesti berlarut-larut?

Sekali lagi penulis sampaikan, pujian yang luar biasa bagi aparat yang telah menemukan Noordin baik hidup atau mati. Tapi yang menjadi pertanyaan, benarkah itu jasad Noordin? Kalau toh bukan, siapakah lelaki yang telah berani mempertaruhkan nyawanya demi seorang Noordin.

Ini pertanyaan yang cukup menggelitik. Kenapa pula aparat yang bertugas kala itu melakukan penembakan pada lelaki yang bersembunyi di rumah Djahri? Sampai korban betul-betul tewas. Secara pemikiran penulis sebagai orang awam, mengapa, tersangka yang di duga Noordin itu ditangkap dalam kondisi hidup? Bukankah, pelaku yang saat ini sudah tewas, bisa dijadikan saksi guna melakukan pengembangan lebih detail sampai pada inti sasaran polisi.

Aneh bin ajaib. Sungguh penembakan yang terkesan membabibuta itu, sepertinya ada misi terselebung. Malang nian, nasib orang itu jika ternyata hasil DNA dinyatakan negatif. Tidakkah aparat punya pemikiran seperti penulis yang mewakili pemikiran masyarakat Indonesia pada umumnya.

Teroris itu kejahatan yang luar biasa menakutkan bangsa ini. Karena pelaku teroris, sudah membuat perekonomian di Indonesia karut-marut, menyudutkan citra Indonesia di mata dunia dan mematikan mata pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia. kenapa begitu diyakini bahwa lelaki yang bersembunyi di rumah Mudjahri adalah Noordin, justru kepolisian menembaknya sampai meregang nyawa di tolilet Mudjahri.

Saya pikir, kita semua yang menyaksikan tayangan langsung oleh beberapa media elektronik, dibuat gregetan. Sebelumnya, penulis sempat menonton film actioan, tapi kenapa pada real pemburuan yang ditayangkan secara langsung, terkesan begitu lama dan berlarut-larut. Bayanglah 17 jam, satu buron dikepung dari bagian atas kiri-kanan dan depan-belakang. Jumlah aparat yang melakukan pengepungan dilakukan oleh lebih dari 10 aparat yang tergabung dalam tim. Belum lagi ada robot yang ikut mengindentifikasi masuk dalam rumah guna memastikan lelaki itu Noordin atau bukan.

Saat itu, lelaki yang bersembunyi dalam rumah Mudjahri betul-betul terpojok. 17 jam, ia dalam kondisi kelaparan, katakutan dan kedinginan. Satu lawan sepuluh. Mestinya aparat bisa merangsek ke dalam dan membawa secara hidup-hidup lelaki yang ada di dalam rumah itu.

Penulis berharap, lelaki yang dinyatakan tewas itu adalah otak pelaku peneboman di Indonesia yang kian merajalela. Penulis tidak ingin, citra kepolisian tercoreng karena kecerobohan dalam penangkapan Noordin.

Terlepas benar atau tidaknya jasad tersebut, adalah Noordin M Top, kita sebagai rakyat yang pencitraannya telah dilecehkan, sudah waktunya kita waspada dari perbuatan yang tidak bertanggunjawab itu. Seperti Bang Napi katakan, kejahatan itu terjadi bukan karena ada niat, tapi kejahatan itu terjadi karena ada kesempatan. Jadi tetaplah waspada! Lindungi keluarga dan tetangga kita dari pencucian otak oleh teroris, karena rumor yang beredar, biasanya pelaku teror orang yang terkesan sedikit berbicara banyak bekerja.

Wallahualam