ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Saturday, January 22, 2011

Kalau Presiden saja Berkeluh, Bagaimana dengan Rakyat?


Sungguh serba salah di posisi Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden Republik Indonesia, berargumen salah tak berargumen pun tetap disalahkan. Padahal dari awal kepemimpinannya SBY selalu ingin jadi sosok yang tak pernah cacat di mata rakyatnya.

Dua kali kurun waktu Per Januari 2011, SBY seperti berada dalam posisi pesakitan. Diawali dari kritikan pedas para tokoh agama yang menilai SBY melakukan kebohongan publik karena mereka menilai tidak ada singkronisasi antara ucapan dengan realita yang ada. Kemudian tak begitu lama, SBY coba menumpahkan isi hatinya dalam piato kenegaraannya di hadapan petinggi TNI-Polri. Seperti ini kurang lebih petikan curhat SBY dalam rapat tersebut "Remunerasi telah diberikan untuk meningkatkan kinerja kinerja dan prestasi," Kata SBY. Kalau penulis amati presiden sempat terdiam sejenak lalu melanjutkan kembali "Sampaikan pada jajaran TNI dan Polri, ini tahun ke tujuh gaji presiden tidak naik. Betul" Tegasnya.

Sebagai seorang negarawan, siapapun bersepakat, rasanya tidak pantas kata-kata itu menggelontor dengan renyahnya dari seorang kepala negara. Sungguh SBY telah mengabaikan kenikmatan lainnya sebelum dirinya berkeluh-kesah. Tidakkah dia ingat, kapasitasnya sebagai kepala negara sebenarnya sangat mudah baginya untuk menentukan berapa jumlah gaji yang sebenarnya dia inginkan untuk diterima. Tidakkah dia ingat, bahwa dirinya bukan sebagai karyawan apalagi buruh yang menuntut kenaikan gajinya demi kelaikan hidup. Tidakkah dia ingat, bahwa sebetulnya masih banyak rakyat yang menjerit karena gaji yang didapat sangat jauh dari standar yang semestinya.

Dalam sebuah Situs Online Republika dikatakan, menurut majalah bergengsi asal Inggris, The Economist, gaji presiden di Indonesia adalah gaji dengan kesenjangan tertinggi ketiga dari 22 negara yang disurvei tahun lalu.

The Economist menyurvei soal gaji presiden atau perdana menteri yang dibandingkan dengan pendapatan per kapita masing-masing negara. Data tersebut secara tak langsung mencerminkan bagaimana kesederhanaan seorang kepala negara dan sekaligus kesenjangan pendapatan presiden dengan rakyatnya.

Berdasar urutan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menduduki ranking ketiga yang kesenjangan antara gaji dia dengan pendapatan per kapita masyarakat.

Gaji per tahun yang diterima Presiden SBY mencapai 124.171 dolar per tahun. Menurut catatan majalah itu, dengan angka tersebut berarti gaji SBY 28 kali lipat dari pendapatan per kapita. (Lihat tabel gaji para pemimpin dunia versi Economist).

Urutan nomor pertama kesenjangan gaji tertinggi adalah presiden Kenya yang gajinya pokoknya 427.886 dolar yang berarti 240 kali lipat dari pendapatan per kapita rakyatnya. Di susul urutan kedua PM Singapura yang besarnya gaji 2.183.516 dolar atau 42 kali lipat pendapatan per kapitan rakyat Singapura.

Paparan di atas cukuplah bisa dijadikan bahan perbandingan sebelum seorang kepala negara atau pejabat di negeri ini berkeluh-kesah tentang pendapatan pokok yang diterimanya per bulan. Penulis bersepakat dengan komentar Pengamat Politik Ikrar Nusa Bakti yang mengatakan tidak sepantasnya seorang negarawan yang mengeluhkan gajinya ditengah kondisi bangsa yang serba krisis. kalaupun ingin menaikan gaji, sebaiknya sebaiknya disimpan rapat-rapat, jangan sampai ketahuan publik karena hal itu hanya akan melukai perasaan rakyat miskin saja.
**
Terkait keluhan gaji presiden yang tak kunjung naik selama kurun waktu 7 tahun, penulis sedikit saja melakukan perbandingan antara pemimpin penulis dengan dirinya sebagai seorang jurnalis. Andaikan saja, penulis boleh sedikit saja berkeluh kesah, jujur penulis katakan, honor liputan sebesar Rp 15 ribu rupiah. Honor itu bersih sekali liputan dan sekali mengudara, tidak mempedulikan jangkauan lokasi ataupun cost yang sesungguhnya dikeluarkan selama proses peliputan.(Ups curhat nie..)

Memang tidak sepantasnya membandingkan antara gaji presiden dan gaji penulis, toh secara kapasitas, tanggung jawab presiden lebih luas daripada penulis. Tapi justru dengan kapasitas itulah yang menentukan kepantasan seseorang untuk berkeluh-kesah.

Ada sebuah ayat quran yang menegaskan bahwa "Barang siapa yang bersyukur akan nikmat ya Ku berikan makan nicaya akan Ku tambah nikmat itu. Tapi barang siapa yang tidak bersyukur, maka yakinlah, azab Ku sangat pedih.."

Semoga ayat tadi ampuh mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur atas sekecil apapun nikmat Allah yang diberikan pada kita. Sebelum kita berkeluh kesah, mari kita hitung-hitung terlebih dahulu berapa total nikmat Allah yang sudah kita rasakan sehari ini saja, lalu bandingkan dengan keluhan yang meradang didalam hati. Ayat ini akan membuat kita berfikir ulang sebelum berkeluh kesah. Wallahualam.