ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Sunday, November 28, 2010

Peristiwa Berdarah Mesuji: Sedikit Saja Gunakan Akal Manusia


Peristiwa yang sangat tidak bisa diterima akal sehat saya. Perang antar desa hanya gara-gara seekor ayam.

Kamis (25-12) saya mendapatkan informasi dari Jon, teman pers dari Kompas. Melalui pesan singkatnya dia mengatakan "Bentrok warga di Desa Simpang Pematang, sudah 3 orang yang tewas"... Saya masih kurang mendapatkan informasinya, tapi seketika itu juga saya menilai informasi ini sungguh menarik untuk ditindaklanjuti. Diskusi lewat sms-pun terjadi antara saya dan Jon. Intinya, dengan atau tanpa teman dan fasilitas kendaraan yang memadai, Jon akan tetap melakukan tinjauan keesokan harinya.

Di akhir pesannya dia mengatakan "Gua punyanya cuma motor ne, jadi inilah yang bisa menghantarkan gua ke sana, besok. Coba lo tanya anak-anak TV siapa tahu mereka bisa bawa mobil ke sana,"..Berkoresponden dengan Oki (sumber pertama) pun aku lakukan, dia mengabarkan perkembangan demi perkembangan setelah kejadikan memilukan itu.

Perang alasan pun terjadi dalam benakku. Sungguh ku ingin berada di sana. Ku ingat Jumat sore jadwalku mengisi BBQ juga Ujian Tengah Semester (UTS). Ingin rasanya ku tinggalkan semua urusan pribadi itu, tapi bagaimana caranya biarku bisa sampai ke sana, tanpa sebegitu lelah karena perjalanan jauh. Aku cukup bisa mengukur diri, bahwa sebenarnya fisikku tidak punya ketahanan yang baik. Aku tidak mau sesampaiku di sana, justru tidak ada berita yang bisa ku laporkan ke pendengar, hanya karena aku sendiri kewalahan mengurusi fisik ini.
***
Waktu telah menujukkan pukul 11.00, terus pantau perkembangan baik dari televisi maupun dari institusi yang berwenang meleraikan pertikaian itu.. Bapak Kapolda dan Bapak Direskrim Lampung saat ku hubungi tengah dalam perjalanan menuju lokasi. Sementara, Jon, telah terlebih dahulu sampai dan mengabarkan pasca konflik suasana Kampung Simpang Pematang mencekam.
***
Peristiwa bentrok antar warga di Kampung Wirabangun, Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji disebabkan karena salah satu warga Simpang Pematang Panggang bernama Hasan bersama rekan lainnya hendak mencuri ayam, tidak langsung mencuri, terlebih dahulu Hasan mengikuti ajang sambung ayam. Ketahuan gelagat ingin mencuri, Hasan pun akhirnya dihakimi masa yang ada di lokasi saat itu. Tak lama kemudian, warga Simpangpematang Panggang berbondong-bondong berdatangan dengan jumlah masa yang tak kalah banyaknya. Masa membawa senjata tajam serta membabi buta setiap warga yang mereka lihat di lokasi.

Dampak dari peristiwa itu, 4 orang tewas, 2 rumah terbakar dan puluhan korban lainnya luka-luka parah. Dan, sampai tulisan ini saya terbitkan, suasana masih mencekam 70 persen warga masih enggan kembali ketempat tinggalnya. Mereka masih khawatir, jika peristiwa itu kembali terulang. Kampung Rawabangun sunyi senyap, seperti mati dari kehidupan, aktifitas ekonomi terhenti. Sejumlah kepolisian masih terus melakukan pengamanan desa dan upaya perdamaian pun terus dibangun demi kebaikan bersama.
***
Peristiwa seperti ini bukan hal baru, beberapa kali perang antar warga di seantora nusantara terus terjadi. Pemicunya kerap dengan hal-hal yang sederhana. Ntah itu gara-gara ayam, ponsel atau penyebab lainnya. Emosi orang Indonesia paling mudah tersulut pada hal-hal yang kecil dan remeh-temeh, tapi mengecilkan hal yang besar. Mungkin inilah salah satu faktor yang membuat Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara berkembang lainnya.

Kita yang berkonflik ataupun kita yang berada diluar ranah itu, coba tengok ayam yang menyebabkan perseteruan itu, masihkah ayam itu ada dikandang? Perhatikan lagi, apakah ayam itu dengan asyiknya terus mematuk-matuk pakan pemberian tuannya bersama betinanya atau rekan ayam lainnya tanpa beban? Sekali lagi ayam tetaplah binatang yang menjalankan kehidupannya berdasarkan insting. Kala dia lapar, maka dia akan mencari makan, kala musim kawin maka dia akan memburu betina dan seterusnya. Begitulah kehidupan binatang pada umumnya, wajar berprilaku seperti itu karena binatang, beda dengan manusia yang dilengkapi dengan akal dalam penciptaannya.

Andaikan ayam yang dipeributkan itu dibekali akanl, pasti dia akan tertawa terbahak-bahak seraya berkata "Lihat anak manusia itu, mereka bertikai karena saya..Padahal saya ini andaikan mereka potong lalu di masak, pastilah akan mengenyangkan rasa lapar mereka, tapi kali ini mereka bertikai karena saya. Betapa hebatnya saya ini. Ha..ha..ha..ha..ha.."

Dalam sebuah pertikaian yang kalah jadi abu dan yang menang jadi arang..Semua tersulut oleh amarah yang berkobar-kobar..Sungguh tidak akan jadi apa-apa. Justru hanya bisa melumpuhkan akal sehat saja.

Wahai saudaraku yang bertikai, dimanapun kalian berada! Lakukan apa yang semestinya anak manusia lakukan. Renungkan apa yang telah kalian lakukan! Lihat apa dampak dari yang kalian lakukan! Nyawa melayang, rumah terbakar dan kini aktifitas yang mendukung merut kalian terpaksa terhentikan karena ulah kalian. Apa yang patut dibanggakan dari semua ini? Sudah waktunyanya gunakan sedikit saja akal sehat kalian, duduk bersama untuk menyelesaikan konflik yang tak penting ini, apapun alasannya. Dan terakhir, jangan pernah mengulangi perbuatan bodoh yang tak bertanggungjawab ini.

Tuesday, November 23, 2010

Kotornya Pikiran ini


Betul kata orang, air tergenang biasanya menimbulkan penyakit disertai aroma tak sedap dan semua itu menimbulkan keresahan ekosistem disekitarnya. Ikan-ikan dan tanaman akan mati serta tidak ada satu makhluk bersihpun yang mau menghinggap, yang ada makhluk-makhluk yang tidak disukai manusia yang akan hidup dan berkembang biak didalamnya atau disekitarnya.

Demikian pula dengan manusia. Jika segala potensi yang dimilikinya tidak bergerak sebagaimana mestinya, maka potensi itu akan tumpul dan bukan hal yang mustahil dia akan jadi penonton serta banyak mengkritisi setiap sepak terjang orang lain. Dia akan menjadi pengamat yang ulung. Sudah sunnatullahnya, orang-orang yang berada dalam barisan ini tidak disukai dengan orang sekitarnya, karena dia menimbulkan keresahan bagi banyak orang.

Efek yang timbul bagi adalah sakit jasmani dan rohani. Menurut ilmu kesehatan, fungsi organ jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat menimbulkan penyakit. Dan patut digarisbawahi bahwa, penyakit itu tidak datang tanpa ada sebab, dan penyakit yang menghinggap pada makhluk merupakan akumulasi kebiasaan buruk yang kerap dikerjakan oleh pelakunya.

Demikian pula penyakit rohani, penyakit rohani ini juga terbentuk dan mengarat dalam hati manusia karena ada sebuah kebiasaan buruk terus dilakukan, dipupuk dan dipelihara yang lama-kelamaan menjadi karakter pribadi individu yang bersangkutan. Setiap manusia ada sisi baik dan buruknya, namun jika sisi buruk lebih dominan dan menghiasi kepribadian kita, maka jangan harap orang lain akan mendekat dan merasa nyaman berada disamping kita (Na'udzubillahi mindzalik).
**
Sejujurnya ku katakan, bahwa sebenarnya ada sebuah pemikiran buruk sangka yang menggelayuti pikiran dan hati ini. Teori di atas benar, belakangan ku kurang memanfaatkan bakat yang semestinya terus diasah agar ia tetap tajam, Sehingganya, pribadi pengamat, merasa benar sendiri, buruk sangka disadari mulai menghinggap pada diri ini.

Terkadang ku mulai perhatikan kehidupan para teman-teman yang menurutku kehidupannya lurus-lurus saja. Secara tampilan mereka tanpan dan cantik, karier terus menanjak diikuti dengan financial yang mapan, baik dalam berorganisasi, kemudian mereka menikah dengan orang-orang yang menurutku sungguh mereka disandingkan dengan orang-orang yang tepat pada waktu yang tepat pula, lalu kehidupan mereka bahagia bersama buah hati yang dititipkan Allah pada mereka.

Ya Allah, begini ya rupanya kalau cara pandang kita tidak seimbang dalam memandang kehidupan ini. Semuanya dipenuhi perasaan ketakutan dan was-was, hingganya sulit bagi kita untuk berfikir positif dan terbuka. Kita merasa diri ini serba kekurangan sementara orang lain sepertinya tidak sulit untuk menggapai sebuah angan menjadi nyata.

Ya Allah, betapa kotornya hati ini,,jika ternyata memang demikian yang tersembuyi dalam hati. Betapa sesungguhnya hati ini berpenyakit, ku terus dilenakan dengan prasangka-prasangka, ku terus merasa pemikiran inilah yang paling benar, ku merasa diri ini sudah sebegitu terbuka sementara orang lain masih berfikiran sempit dalam memandang hidup. Jadi teringat akan pesan sahabat "Jika kamu ingin tahu bagaimana dirimu sebenarnya maka tanyakan pada orang sekitarmu, karena mereka cerminan nyata dirimu,"... Satu lagi, menurutnya aku picik, labil, tidak fair dan mengabaikan kebaikan-kebaikan orang lain.

Hmmm... Kata-katamu selalu tersimpan dengan baik sobat, sampai kapanpun akan selalu teringat. Sama sekali ku tak membantahkan predikat-predikat yang kau berikan padaku, semua itu ku jadikan cambuk dalam hidupku. Semua yang dikatakan benar, namun tak semuanya benar.

Terlepas dari cerita yang sempat terlintas dalam pemikiran ini, pemikiran kotor, justru akan menimbulkan keluh-kesah pada Sang Pencipta. Dan keluh kesah, akan mengabaikan nikmat Allah lainnya yang telah kita dapatkan. Kita selalu disibukkan dengan hal-hal yang tidak kita miliki dan mengabaikan yang telah kita miliki. Kita lupa bahwa sebenarnya masih banyak orang yang tidak bernasib sebaik kita, dan kita lupa pula bahwa dunia ini terus bergerak, jika kita tak ikut pergerakaannya maka kita akan tergerus olehnya.

Kembali ku ingatkan pada diriku sendiri, bahwa setiap manusia sejak ditiupkan ruh dalam janin anak manusia, mulai saat itu juga sudah ditetapkan jodoh, rizki dan maut pada jiwa tersebut (itu janji Allah pasti). Lantas, mengapa harus memikirkan nikmat orang lain? Kemudian, Perlu juga ku mengingatnya, bahwa Allah itu maha penyayang, pada semua ciptaaNya baik yang beriman ataupun tidak beriman padaNya. Dia akan memberi bagi orang yang bersungguh-sungguh. Lantas, mengapa tak kau kejar semua itu? Allah berlepas tangan pada pilihan hidup manusia. Lantas, mengapa tidak kau pilih yang terbaik dalam hidupmu.

Rasanya terbantah semua pemikiran kotor ini..Astagfirullah hal 'azim.. Nimat Tuhanmu yang mana telah kau dustakan? Duhai Allah,, Maafkan kejahilan ini. Ampunkan segala dosaku dan terimalah sedikit amal kebajikan yang pernah ku buat dalam hidupku, jadikan ia penyelamat pada masa perhitunganMu.

Sunday, November 21, 2010

Lindungi Hak TKI

Kasus Sumiati pembantu rumah tangga di siksa oleh majikannya bukanlah kasus baru yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Setiap ada kasus penganiyayan, pemerintah Indonesia selalu berang, muka memerah, hidung menghendus-hendus dan telinga memanas (seperti siluman kerbau yang sedang marah). Buru-buru pemerintah dengan segala kekuasaannya mensomasi pemerintahan negara lain yang warga negaranya melakukan tindakan tidak manusiawi terhadap TKI.

Sering kita mendengar dan melihat pemberitaan tidak wajar ini di media nasional, selalu begitu terus kebijakan pemberintah. Menarik TKI yang dipekerjakan di negara tersebut, membuka-buka Memorandum Understanding (MoU) dan seterusnya. Intinya, pemerintah Indonesia tidak terima dengan perlakuan salah satu warga yang mendapat bantuan tenaga pembantu rumah tangga dari Indonesia.

Kasus terakhir penganiyayan TKI bernama Sumiati asal Nusa Tenggara Barat yang di potong bibirnya oleh majikannya di Arab Saudi. Sungguh, prilaku yang sangat keji. Dan Kami warga Indonesia menyatakan mengutuk tindakan itu dan meminta pemerintah Arab Saudi bertindak tegas atas prilaku warganya yang tidak berprikemanusiaan.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa tenaga kerja kita selalu diperlakukan demikian? Memang tidak semua TKI mendapat perlakuan sama seperti Sumiati. Tapi coba kita tilik ke belakang, selama kurun waktu 10 tahun, Pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono atau pemerintahan sebelumnya, sudah berapa tenaga kita di aniyaya warga asing? Terus, adakah langkah konkrit Pemerintah Indonsia yang dapat berdampak pada efek jera pada pelakunya?

Selama ini yang kita ketahui, pemerintah bertindak secepat kilat menyambar begitu mendapat berita buruk itu. Namun disayangkan, tindakan-tindakan pemerintah Indonesia hanya berdampak taubat sambal. Hari ini sang majikan kapok tidak ingin bertindak seperti binatang, tapi pada waktu yang akan datang, majikan-majikan bengis itu berulah lagi. Dan korbannya selalu tenaga kerja asal Indonesia. Apa salah tenaga kita selalu disiksa dan dianiyaya..

Saya jadi teringat pertemuan dengan seorang TKI di ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta lebaran Idul Fitri lalu, dia TKI yang bekerja di Saudi Arabia. Saya sendiri tidak ingat namanya, yang saya ingat, dia berasal dari Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat juga. Selama dalam masa tunggu penerbangan, perempuan berputra 3 ini banyak bercerita tentang pengalamannya selama 3 tahun menjadi TKI. Dia termasuk TKI yang beruntung, karena majikannya memperlakukannya dengan baik. Ada juga beberapa rekannya yang diperlakukan tidak menyenangkan dan harus kembali ke Indonesia dengan kekecewaan dan cucuran air mata.

Ada satu alasan yang menurut saya cukup menjadi catatan serius bagi pemerintahan kita. Mereka bekerja ke luar negeri motivasinya satu. Ingin keluar dari kemiskinan, dengan pertimbangan di luar negeri bekerja sebagai pembantu rumah tangga, bisa dihargai mencapai 2juta-2,5 juta, sementara di Indonesia, gaji tertinggi untuk seorang pembantu rumah tangga pada umumnya sekitar Rp250 ribu sampai Rp300 ribu. Sungguh pemikiran yang sangat logis. Apalagi motivasinya ingin segera keluar dari kemiskinan. Dalam hitungan 3-5 tahun TKI bisa mengumpulkan modal ratusan juta.

Dan berdasarkan catatan Metro TV, TKI asal NTB sebanyak 4000 orang dan 400 diantaranya bekerja di Saudi Arabia. Itu baru satu provinsi bagaimana dengan catatan secara nasional? Bayangkan, andaikan warga negara Indonesia yang secara ekonomi kehidupannya dibawah standar, menjadi TKI, mereka pikir adalah sebuah solusi untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Artinya pemerintah telah gagal memberi penghidupan yang laik bagi rakyatnya.

Masih melanjutkan cerita seorang TKI asal Bima, saat dia dan sejumlah temannya sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dengan sangat jujur ia mengeluhkan prilaku para calo yang berjaga-jaga di pintu masuk terminal. Tarik menarik barang bawaan dan adu otot dengan para calo adalah pemandangan yang menarik untuk di pantau. Dilihat tampangnya lugu saja, maka TKI itu jadi sasaran empuk pagi para calo. Inilah potret nyata, bahwa orang Indonesia juga tidak menghargai orangnya sendiri.

Adakah pemerintah melakukan penertiban di terminal Internasional itu? Ternyata tidak juga.

TKI yang berjuang di luar negeri demi sebuah kehidupan yang laik adalah upaya yang semestinya patut dihargai oleh pemerintah. Dengan keputusan mereka menjadi TKI artinya, masyarakat telah mengurangi beban pemerintah. Pemerintah adalah sebuah lembaga yang sakral. Orang-orang didalamnya punya hak penuh terhadap regulasi yang mengatur hajat hidup orang banyak secara tegas dan bijaksana. Apa susahnya bagi pemerintah menjaga dan melindungi hak-hak TKI?


Tentu kita berharap, kasus Sumiati adalah kasus terakhir yang mewarnai per-TKI-an, kita tidak ingin ada TKI lain yang bernasib sama seperti Sumiati. Semua itu, bukan hal yang sulit buat pemerintah, hanya dengan satu catatan, bersikap tegas dan disiplin. Selama sikap itu masih tersimpan dalam pemikiran saja, tanpa ada sebuah aplikasi nyata, maka yakinlah, mimpi buruk itu selalu hadir dalam kehidupan para TKI.

Thursday, November 11, 2010

Hikmah Bertemu si Tukang Bambu

Selasa (10 November 2010), sebetulnya saya ingin menceritakan kisah ini pada hari itu juga, namun setumpuk kepentingan kampus menuntutku untuk all out di sana. Akhirnya baru hari ini ku mampu menuangkan cerita itu salam lembaran-lembaran yang saya sendiri tidak mengetahui apakah akan dibaca banyak orang atau tidak.

Yah, di Selasa pagi, sekitar pukul 10.00 Wib saat ku keluar rumah, sepintas di Jalan Flamboyan ku melihat seorang penjual bambu yang tengah beristirahat dari aktifitas menjajakan setumpuk bambu. Nampak dalam penglihatanku laki-laki ini meneguk minuman yang terbungkus dalam kresek hitam, sesekali ia mengipasi wajahnya yang penuh keringat dengan topi hitam miliknya.

Motor Kirana yang selalu menghantarkanku beraktifitas balik arah menuju peristirahatan penjual bambu itu. Ku perhatikan ikatan bambu itu masih erat sekali, seperti belum pernah terbuka dari ikatan awalnya. diperkirakan ada sekitar 20 bambu yang bapak paruh baya ini pikul.

"Berapa harga bambunya pak?" tanyaku,
"10 ribu neng.." jawabnya sambil buru-buru ia memakai topi hitamnya.
"Bapak jalan dari mana?" kembali tanyaku
"Saya jalan dari Batu Putuh, Teluk Betung"
"Sudah laku berapa bambunya?"
"Belum ada yang laku neng"...

Sambil terus mendengarkan penjelasan dari tukang bambu itu, ku mengeluarkan dompet coklat..Dompet yang sudah bertahun-tahun belum pernah tergantikan.Yah seingatku, dompet ini pemberian dari Ci' Ami sewaktu ia berangkat ke Jogja. Seingatku, seumur hidup baru 3 kali ganti dompet dan dompet-dompet yang ku miliki pemberian orang lain. he3x..

Ku keluarkan uang Rp50 ribu dari dompet panjang coklat itu.."Pak tolong diterima ya, mudah-mudahan ada manfaatnya," Begitu kataku, sambil menyodorkan uang itu kepadanya. Sungguh di luar dugaanku, bapak ini sama sekali tidak mau menerima pemberianku. "Gak neng terima kasih," begitu katanya..Terus ku memaksa agar bapak ini mau menerima pemberianku, tapi semakin kenceng pula bapak ini menolaknya. Hingga akhirnya ku coba membeli 1 buah bambu tapi ku minta di antar ke rumahku. "Kalau begitu saya beli satu bambunya ya pak, tolong ini diterima uangnya" kataku.. Bapak ini tetap bersikeras tidak mau. "Tidak ada kembaliannya," jawabnya.. "Ya sudah bapak ambil semua kembaliannya," tegasku...Tetap bapak berambut keriting ini tidak mau menerimanya.

Akhirnya, ia membelakangiku dan membiarkan ku terus berbicara sambil menyodorkan uang..Aku pun terdiam sejenak dan mematikan mesin motor yang terus hidup. Rupanya ku menyerah dengan sikap diamnya. "Ya sudah pak,,saya hanya bisa berdoa semoga hari ini bambu yang bapak bawa laku terjual semua,"... tetap tidak mengubah posisnya, namun sayup-sayup terdengar dia mengamini perkataanku. Dan akhirnya, aku pun balik arah dan pergi darinya.
**
Sepanjang jalan ku bertasbih.. Subhanallah walhamdulillah walaa ila hailallah Allahu Akbar...Hikmah apa yang ingin kau sampaikan padaku ya Allah..Mengapa ku dipertemukan orang seperti dia? Orang dengan segala keterbatasan, namun tidak mau menerima pemberian dari orang lain secara cuma-cuma.

Ya Allah ternyata aku tak sehebat orang ini...Aku yang masih muda, sehat, dibekali akal tapi senang menerima pemberian orang dengan cuma-cuma. Terima kasih ya Allah, kau telah ingatkan aku dengan penuh kelembutan melalui si penjual bambu ini...Ku yakin, ini bukan peristiwa kebetulan saja, melainkan sudah ada skenarioMu untukku menjadi manusia yang mensyukuri nikmat-Mu.

Obama dan Perdamaian Islam-AS

Kedatangan Presiden Amerika Serikan Barack Husein Obama ke Indonesia tidak lebih dari 24 jam, namun kesan baik begitu melekat dari sosok Obama selama di Indonesia. Sikapnya tenang, pandai menempatkan diri, menghargai orang lain dan terpenting sosok Obama memang punya inter personal yang baik. Saya cukup memperhatikan bagaimana begitu memposisikan menjadi pendengar yang baik manakala Presiden Indonesia Soesilo Bambang Yudhoyono tengah memberikan keterangan persnya di Istana Negara. Obama memperhatikan lekat wajah SBY, mengarahkan badannya ke sumber bicara dan seolah ia mendengarkan dengan baik kata demi kata yang disampaikan SBY.

Perhatikan pula saat Obama di minta untuk bicara (setelah jamuan makan malam)! Dia memulainya dengan memuji masakan Indonesia "Terima kasih, atas hidangannya. Ada baso, nasi goreng, emping, kerupuk.. Enak sekali, I like it," Awal yang baik untuk menarik simpati orang audiens...Dan perhatikan, betapa pejabat negara bangga atas pujian Obama dan mengapresiasi Obama dengan derai tawa dan tepuk tangan.

Perhatikan pula saat Obama hendak menuju podium bertemu dengan 5ribuan mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok. Obama melambaikan tangan ke arah audiens dengan wajah yang total. Demikian pula pembuka pidato yang lagi-lagi dimulai dengan "Assalamu'alaikum, salam sejahtera, pulang kampung neh" sembari tersenyum lebar.. Dan satu lagi kata yang terpenting yang dia ucapkan "Indonesia adalaha bagian dari diri saya"

Inilah kelebihan dari lelaki yang pernah berinteraksi dengan anak Indonesia di Jakarta beberapa tahun lalu. Obama jauh lebih santun daripada orang Indonesia sendiri. Dia tidak jaim serta total mengekpresikan diri. Obama memang pandai memikat hati jutaan warga Indonesia baik yang melihat secara langsung maupun tidak langsung. Bayangkan, tetangga sekitar rumah saya pada hari kedatangan Obama, mereka semua tak habis-habisnya memperbincangkan Suami Michelle, sampai kaum ibu di sekitar rumah saya menunda aktifitas rumahannya. Mereka terpesona dengan Obama.
**
Kedatangan Obama ke Indonesia tentu bukan hanya bernostalgia masa-masa kecilnya di Indonesia. Namun ada tujuan yang lebih penting daripada itu semua. Ada kepentingan kerjasama Bilateral Indonesia-Amerika Serikat (yang mencakup insfrastruktur, ekonomi dan pendidikan) dan yang lebih penting dari itu semua adalah, Obama ingin mempelajari karakter negara-negara Islam khususnya di Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim.

Berikut ini catatan Republika Obama bicara Islam:
Tanggal 20 Januari 2009 Washington DC, AS saat dilantik menjadi Presiden ke-44 AS "Kami akan mencari cara baru ke depan berdasarkan kepentingan bersama dan saling menghormati"

Tanggal 6 April 2009, Ankara, Turki "AS tidak sedang dan tidak akan berperang dengan Islam. AS ingin menjalin kerjasama yang baik dengan dunia Islam. AS akan menggulirkan program untuk merangkul dunia Islam"

Tanggal 4 Juni 2009, Kairo, Mesir "Perselisihan dan saling curiga pasca tragedi 9/11 perlu diakhiri. Islam bukan bagian dari masalah tapi bagian penting untuk mendukung perdamaian"

Tanggal 13 Februari 2010, Doha, Qatar "AS berupaya keras mendengarkan suara umat Islam dan melanjutkan dialog untuk memperbaiki ketegangan hubungan yang selama ini terjadi. Tidak mudah membangun hubungan baru AS-Islam, ini membutuhkan komitmen jangka panjang dari kedua belah pihak"

Tanggal 10 November 2010, Jakarta, Indonesia "Sudah saatnya mengakhiri saling curiga antara AS-Islam"

Begitulah pesan sisipan yang disampaikan Obama dalam kunjungan kerjanya di
sejumlah negara-negara Islam di dunia.

Wahai Obama! Perlu diketahui, bahwa Islam adalah agama yang cinta perdamaian. Ajaran Islam adalah ajaran yang tidak bisa dipisahkan antara urusan dunia dan akhirat, satu dan lainnya saling mendukung dan berkaitan.

Kaum Muslim minoritas di negaramu dan kaum muslim di sejumlah negara lain menaruh harapan besar dipundakmu. Pasti Islam sangat bersekapat bahwa kita akan berkominten untuk hidup berdampingan secara rukun dan damai. Tidak saling mencurigai asal dengan catatan jangan mengelabui Islam demi melancarkan sebuah misi yang merugikan pihak lain.

Selama Israel terus bertindak brutal dan menebar peperangan di negara-negara Islam khususnya Palestina, maka sikap dingin "saling mencurigai" akan terus berlanjut..Selama film-film yang memojokkan Islam sebagai teroris dan Amerika berperan sebagai jagoan! maka mustahil hidup berdampingan secara damai bisa berjalan sebagai mana mestinya. Semoga Obama bisa melerai perseteruan antara Islam-As.

Teruntuk saudaraku yang telah mencibir aksi-aksi ormas Islam..Mungkin inilah jawaban kenapa mereka kurang berkenan atas kunjungan Presiden AS Barack Obama ke Indonesia. Mereka hanya tidak ingin pemerintah menyambut baik kedatangan orang yg mereka nilai bermuka dua. Satu sisi mereka (AS) meminta perdamaian tapi sisi lain mereka terus membuarkan Israel bertindak seenak perutnya di negara Islam..Bukankah kita sama-sama membenci wajah bermuka dua?

Dan satu hal lagi! Ormas Islam tidak pernah melupakan duka di negeri ini..Asal diketahui saja, mereka bergerak melakukan penggalangan dana. Tapi tidak dengan gembar-gembor di media, karena itu sudah sering mereka lakukan. Dan mereka jauh lebih jujur dalam menyalurkan bantuan dan sepenuh hati membantu saudaranya.(*)

Monday, November 8, 2010

Bekerjalah Walau Kita Berbeda

Hari ini (Senin, 8 November 2010) Ku amati status demi status yang bertebaran di jejaring Facebook..Ku yakini status yang tertuliskan mencerminkan pribadi orang yang bersangkutan. Ada yang menulis mengalun-alun terbuai dengan perasaan hati mencari simpati, ada menuliskan perkembangan terkini adan pula yang menulis sangat remeh-temeh. Saya pribadi termasuk penulis status ketiganya..Terkadang masalah pribadi, perkembangan dunia tapi rasanya belum pernah menulis hal yang menurutku kurang penting untuk disebarkan. Prinsipku, jejaring facebook adalah wasilah untuk berbagi informasi dan berbagi ilmu.. Rasanya ku tidak pernah membiarkan diri ini menuliskan sesuatu yang sifatnya tidak penting.

Hmm,, Kita ketahui, bencana demi bencana selama kurun waktu kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono terus terjadi dimana-mana. Ingat bagaimana Tsunami di Aceh yang menelan korban ribuan nyawa, ingat gempa Jogja dan wilayah lainnya? Ingat ledakan pesawat? Ingat banjir? Bahkan masih hangat diingatan kita Banjir di Wasior, Tsunami di Mentawai, letusan gunung Merapi di Jawa Tengah hingga sekian dari penduduk di Jawa Tengah harus di evakuasi.

Di tengah duka yang menimpa Bumi Indonesia, kita kedatangan tamu agung dari Amerika Serikat. Yah, dia adalah Presiden AS Barack Husein Obama. Belum diketahui secara pasti apa sesungguhnya motivasi kunjungan ke negeri tempat ia pernah tumbuh kembang. Kedatangan beliau cukup mengundang kotroversi dari sejumlah ormas. Sebut saja Harokah Hizbuttahrir Indonesia (HTI), mereka adalah kelompok yang paling lantang menentang kedatangan Barack Obama ke Indonesia. Argumennya, kelompok ini tidak ingin negeri yang sebagian besar penduduknya adalah muslim, kedatangan tamu yang konon merupakan dalang penghancur kaum muslim se-dunia. Mereka menggelar aksi se-Nusantara atas bentuk penentangan mereka sebagai Warga Indonesia.

Aksi HTI cukup mengundang komentar yang sengit dari kelompok lainnya. Terkesan mereka antipati dengan aksi HTI bahkan menjeneralkan semua haroki untuk membenarkan pikiran negatif mereka terhadap ormas yang berpandangan syariah.

Saudaraku.. berpandangan syariah atau tidak berpandangan syariah, perlu kita ingat bahwa kita berada dalam satu wadah Negara Kesatuan Indonesia (NKRI). Kita satu nasib satu perjaungan. Berbahasa, bernegara satu yaitu Indonesia. Rasanya tidak pantas buat kita mengklaim kelompok kitalah yang paling benar. Adanya perbedaan cara pandang adalah bagian daripada sunnatullah (Rahmatan Lil Alamin), berbeda bukan untuk kita membeda-bedakan satu dengan lainnya, dari perbedaan justru menyatukan kita menjadi satu-kesatuan.

Bukankah hidup itu akan lebih berwarna dan lebih hidup jika ada perbedaan? PR bangsa ini membutuhkan pemikiran dan tenaga kita dalam penyelesainnya. Andaikan konflik yang tidak subtansial terus kita kedepankan, maka yakinlah, nasib bangsa ini tidak akan ubah dari sebelum-sebelumnya. Sungguh kita telah mengetahui, persoalan besar bangsa kita.

Saudaraku,,lihatlah ke depan, lihat saudara kita yang hari ini meraung-raung kesakitan, ketakutan dan kepedihan.. Mereka membutuhkan uluran tangan kita, mereka butuh dukungan kita secara moral dan materi..Mereka membutuhkan kerja nyata kita, mereka tidak butuh perdebatan kita. Rasanya tidak pantas ditengah kelonggaran kita seperi sekarang ini, justru kita manfaatkan dengan memperdebatkan hal yang tidak prinsip.

Biakan Obama datang dengan segala kepentingannya, biarkan HTI beraksi..Biarkan Jupe dan Depe berkonflik dengan urusan pribadinya dan biarkan kiai kondang menyelesaikan masalahnya. Segenap permasalahan yang mereka hadapi sungguh tidak ada seujung kukunya dari permasalahan bencana yang terus mengguncang Indonesia. Tahukah kita? Sungguh Allah telah menguji kesolidan kita, menguji tingkat empati kita (Apakah kita masih punya jiwa sosial yang tinggi atau sebaliknya?).

Indonesia.. negeri kita tercinta akan berhenti berguncang manakala kita penduduk yang menduduki negeri ini mau berdamai dengan diri sendiri dan orang lain serta alam sekitar..so..berhentilah menjadi komentator,karena itu tidak akan ada gunanya..Bukankah terus bekerja lebih baik daripada terus berdebat?

Mengutip sedikit perumpamaan Anis Matta: Jadi kalau diibaratkan minuman bersoda dituangkan ke dalam gelas maka kita akan melihat pemisahan antara buih dan minuman itu sendiri. Perhatikan, buih itu akan lenyap seiring waktu berjalan. Buih itulah manusia yang banyak retorikanya dan orang-orang bekerjalah yang akan tetap berada dalam becana. Sungguh kita pasti bisa putuskan posisi yang ingin kita harapkan!

Sunday, November 7, 2010

Nuril Terlahirkan, Misran Pergi

Tahun 1984 silam, di malam yang gelap gulita, penerangan listrik belum masuk ke desa Sekampung Udik, sepasang suami-istri membawa obor mendatangi bidan kampong. Seorang lelaki menggedor pintu rumah dinas Jamilah yang merupakan bidan kampong. Tok.tok.tok.. “Bu bidan, buka pintunya, istri saya mau melahirkan,” Misran suami Maimunah terus menggedor pintu rumah bidan itu.. Bidan Jamilah satu-satunya bidan yang ditugaskan di Desa Sekampung Udik kala itu. Bidan Jamilah mulai bertugas sejak tahun 1980-an, dapat dipastikan kala itu para wanita sudah terbuka dengan dunia kebidanan berkat kegencaran Jamilah dalam menyosialisasikan dunia kesehatan secara medik, hampir setiap hari bidan Jamilah yang diperbantukan sejumlah perangkat desa menyosialisasikan program yang dicanangkan oleh pemerintah. Yah, program Keluarga Berencana (KB).

Program mengatur jarak kelahiran dan membatasi jumlah anak dalam keluarga kala itu memang bergerak cukup gencar. Berbagai cara dilakukan para bidan dan dokter untuk mencerahkan pemikiran para wanita kampong Sekampung Udik. Selain diberi pengetahuan kesehatan melakukan persalinan di bidan, warga juga diberi berbagai hadiah jika mereka melakukan persalinan di bidan.

Mainah sendiri tergolong orang yang mempercayakan keselamatan bayi dan dirinya kepada bidan. Berapapun biaya persalinan, Maimunah tidak merasa keberatan membayarnya.

“Tepat tanggal 4 Maret 1984, aku melahirkan putra bungsuku, dia ku beri nama Nuril Huda yang berarti (….)”

Maimunah mempunyai enam anak. Anak pertamanya bernama Sri Handayani, kemudian Sugeng Purnama, Nurmala, Elly Humairah, Kholiq dan Nuril Huda.

Empat hari kemudian,,

Azan kumandang subuh sayup-sayup terdengar dari Musolla Albalaq, Be’ Munah terbangun dari tidurnya, dilihatnya bayi yang baru dilahirkannya empat hari lalu tertidur pulas. Be’ Munah tersenyum melihat bayi mungil yang berada disampingnya, rasa sakit melahirkan seakan lenyap ketika melihat buah hatinya.

Be’ Munah menoleh kea rah jam wekernya, waktu menunjukkan pukul 05.00 wib. Perlahan Munah menurunkan kaki dari amben biru yang terbiat dari besi. Rasa sakit setelah melahirkan bukan baru pertama itu dirasakan, Munah telah merasakan enam kali, namun rasa sakit itu tidak membuatnya jera untuk melahirkan. Perempuan manapun akan merasa bahagia dapat merasakan sakitnya melahirkan, karena rasa sakit itu adalah anugerah Tuhan dan menujukkan sejatinya seorang perempuan. Tidak ada hal yang paling membanggakan dari seorang perempuan kecuali ia telah merasakan sakitnya melahirkan.

Kedua kaki Maimunah telah turun dan tubuhnya menepi dari amben besi itu. Munah melongokkan wajahnya ke bawah, didapatinya tubuh Misran tertidur dengan posisi tangan kanan merangkul kedua matanya. Misran tertidur pulas, hingga kumandang azan yang bersautan tak didengarnya lagi.

Sayup-sayup suara lembut Maimunah membangunkan suaminya “Pak, bapak,, bangun sudah subuh,”
Misran tak mendengarkan suara seruan istrinya. Lelaki keturunan jawa itu terus tertidur. Munahpun mengulangi seruannya. “Pak,pak, tangi wes subuh,”.. Misran baru tersadar dan langsung menyaut “eh” menandakan bahwa Misran mendegar seruan istrinya, meskipun posisi merangkul mata dengan tangannya belum berubah.

Singkat cerita, pagi itu burung-burung berkicau, matahari sedikit-sedikit mulai Nampak menyinari bumi, udara dingin diperkampungan begitu begitu segar saat dihirup. Seperti biasa setelah membersihakan diri dan bayinya Munah membawa Nuril mungilnya keluar untuk mendapatkan sengatan sinar matahari pagi. Sementara Misran, mengurus ke lima anaknya yang lain dan membantu pekerjaan rumah Munah yang tidak sempat lagi tertangani pasca melahirkan.

Belakangan Misran memang jarang keluar rumah, usaha kerupuk yang dikembangkan di Pugung Raharjo 5 tahun lalu tidak lagi berkembang secara baik. Misran lebih banyak di rumah, sementara untuk memenuhi kebutuhan keluarga Misran tidak mau ambil pusing, sedikit-sedikit peralatan pruduksi krupuk ia jualnya hingga benar-benar habis tak tersisa.

Misran bingung dengan kondisi yang kian sulit. Kebutuhan keluarga terus berjalan, termasuk kebutuhan biaya sekolah. Munah sering mendapati suaminya menyendiri di sudut dapur, menyilangkan kaki dan mengepulkan asap rokok. “ehem..” Munah memecah lamunan suaminya, “Mikiri opo to pak?” Tanya Munah, yang terus mendekat kea rah suaminya. Misran terkaget dan buru-buru mematikan rokok yang belum habis dia hisab. Misran tidak langsung menjawab pertanyaan Munah, dilihatnya Munah membawa bayi, Misran pun mengalihkan pertanyaan Munah “Ay..ay.. jagoan bapak,”… Munah menyerahkan bayi itu kegendongan Misran, Misran terus bermain-main dengan bayi kecilnya. “Bapak belum jawab pertanyaan saya tadi, bapak mikirin apa?” Munah mengulangi pertanyaannya. Miran langsung terhenti dari memainkan bayi mungilnya dan wajahnya mulai menujukkan keseriusan.

“Kakak-kakak Nuril sudah besar-besar ya Nah,”
“Semakin hari, usaha yang kita rintis bersama semakin tidak menujukkan hasil yang baik,”
“Kebutuhan hidup kita terus berjalan bahkan bertambah seiring bertambahnya anak kita,”
“Tapi coba kamu lihat, kakak semakin tidak jelas saja bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga kita,”

Munah memperhatikan lekat mata suaminya, seperti ada sesuatu yang ingin dibicarakan lebih serius selain permulaan kata-kata yang baru saja ia dengarkan. “Maksud bapak?” Tanya Munah dengan penasaran. “Yah, aku tidak bias hidup begini terus, mungkin sudah waktunya juga kakak mulai merencanakan hal lain untuk memenuhi semua kebutuhan kita, andaikan kamu mengizinkan, kakak mau pulang lagi ke jawa, coba mengadu nasib lagi di sana. Mungkin ada rizki untuk membiayai kamu dan anak-anak kita”…

Munah terdiam tidak berkata sedikitpun atas rencana yang telah disampaikan Misran, mata Munah mulai berkaca-kaca dan tak terasa air matapun menetes dipipinya. Yang Munah tau, suaminya sangat jarang mencabut perkataannya, meskipun tidak mendapat persetujuan, suaminya akan tetap melakukan apa yang telah menjadi rencananya. Tanpa berbicara apa-apa Munah pun beranjak dari sisi Misran, Munah berlari membantingkan tubuhnya yang masih sakit itu ke tempat tidurnya dan menumpahkan kesedihan hatinya.

Sejak pembicaraan itu, rasanya hari-hari yang dilalui Munah terasa panjang. Munah dan Misran tak saling berbicara, hanya sesekali saja dan seperlunya saja untuk menutupi didepan anak-anak mereka. Misran semakin larut dipojokan dapur dan Munah pun pikirannya terus menerawang, tak terasa air susunya tertumpah dan membasahi wajah mungil Nuril. Menyadari airu susunya tumpah, Munah terburu-buru mengelap wajah Nurul dengan waslap hangat.

Apa yang menjadi keresahan Munah terbukti, Misran mulai mengemas beberapa baju yang akan dia bawa pergi. Sungguh Munah tak menyangka akan secepat itu. Misran menghampiri Munah dalam kondisi rapi, berkaca mata samar dan mengenakan topi coklat, di sebelah kiri tangannya Munah melihat suami dihadapannya menjinjing tas pakaian. “Munah, maafkan kakak ya, kakak harus pergi, ini demi kebaikan kita semua dan yakinlah, kakak akan segera kembali lagi,”… tangisan Munah tumpah kepelukan suaminya, bayi yang berada digendongan yang baru berusia 6 hari itu pun seolah merasakan kesedihan Munah, bayi itu menangis kencang. “Maafin Munah, kak.. Munah hanya belum siap ditinggal kakak, Nuril masih sangat kecil,”…Misran menjatuhkan tas jinjingnya dan memeluk erat istrinya, sesekali dia mencium kening Munah yang jatuh dipelukannya. “Huusss,” telunjuk Misran diletakkan dipermukaan bibir Munah…”Yakin sama kakak ya, kepergian kakak tidak akan lama, kakak segera beri kabar sesampainya kakak di sana. Kakak titip anak-anak ya, jangan ceritakan pada mereka kalau kakak pergi ke jawa. Andaikan mereka bertanya tentang aku, katakan pada mereka bapak pergi ke Karang sebentar”… Tangisan Munahpun semakin pecah, sesekali Munah menangguk-anggukan kepala menandakan bahwa akhirnya Munah pun setuju dengan keputusan Misran. Perlahan Misran melepas pelukan istrinya. Misran pergi.(Bersambung)

Tuesday, November 2, 2010

Jangan Ganggu Anak Krakatau Bermain

Sejak tanggal 29 Oktober lalu, diperhatikan semua pemberitaan tersedot peristiwa Tsunami di Mentawai dan meletusnya Gunung Merapi Jawa Tengah. Bahkan hingga kini, gunung tersebut terus mengeluarkan debu dan awan panas, sesekali mengeluarkan getaran yang membuat panik warga sekitar. Ahli vulkanik sendiri belum bisa memprediksikan sampai kapan aktivias vulkanik itu akan normal kembali.

Tsunami di Mentawai dan letusan merapi pun berefek pada pemberitaan media terfokus mengamati aktivitas semua gunung merapi di Indonesia. Satu diantara yang terus-terusan di sorot TV One adalah aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda Lampung. Bahkan TV milik Pengusaha Abu Rizal Bakrie itu memutar berkali-kali bagaimana reporternya tengah meliput aktivitas gunung tersebut. Narsisnya lagi, mereka sudah sampai di kaki Gunung Anak Krakatau. Eksklusif memang kesannya, tapi saya pikir berita atau laporan tersebut tidak akan jadi eksklusif andaikan peristiwa buruk benar-benar terjadi saat sang jurnalis tengah melakukan laporan. Na'uzubillah mindzalik.

Sementara dunia juga mengetahui, bahwa gunung anak Krakatau merupakan gunung merapi teraktif di dunia. Sekitar tahun lalu, saat melakukan kunjungan dan pantauan langsung bersama sejumlah duta besar dunia yang di fasiliasi Dinas Parawisata, Lampung, memang kalau diperhatikan anak Karakatau mengeluarkan suara gemuruh disertai keluarnya asap dan bebatuan dari mulut gunung setiap 15 menit sekali.

Lantas, apa yang aneh dari aktifitas anak gunung Krakatau itu? Justru saya pribadi melihatnya dan menilai ini adalah keindahan fenomena alam. Wajar hingga akhirnya Pemerintahan Provinsi Lampung mencanangkan anak gunung Krakatau sebagai objek wisata nasional dan mancanegara di tahun 2009, belum lagi dengan kekayaan dan keindahan lautnya di sekitar gunung tersebut.

Kalau toh pengamat mengatakan anaka Krakatau saat ini berstatus waspada, tentu makna waspada itu tidak bisa disamakan dengan waspada di sekitar merapi di Jawa Tengah. Anaka Krakatau terletak di Selat Sunda Lampung, di sana tidak ada kehidupan anak manusia. Berbeda halnya dengan merapi Jawa Tengah yang sekitarnya masih dipadati penduduk.

Media dalam hal ini sebagai perpanjangan mulut, diharapkan tidak mengembangkan isu sentitif ditengah kondisi yang keruh seperti ini. Kesannya menakut-nakuti publik. Media harus punya sikap menenangkan bukan memperkeruh keadaan dengan pemberitaan yang berlebihan.

Jadi biarkan Anak Krakatau melakukan aktifitas vulkaniknya. Dia sedang asyik bermain ditengah kesendiriannya. Kasihan dia di tinggal ibunya sejak 1883 lalu, dia membutuhkan hiburan dan begitulah cara Anak Krakatau menghibur dirinya. Sedikit saya mengambil dari berbagai sumber terkait sejarah Gunung Krakatau.

Pada tanggal 27 Agustus 1883 silam, Gunung Krakatau meletus. Menurut catatan sejarah yang hingga kini dijadikan ajang promosi pariwisata Lampung, Gunung Krakatau meletus sangat dahsyat, menggemparkan dunia. semburan lahar dan abunya mencapai ketinggian 80 km. Sementara abunya mengelilingi bumi selama beberapa tahun. dilihat daru Amerika Utara dan Eropa, saat itu cahaya matahari tampak berwarna biru dan bulan tampak jingga (oranye).

Letusan gunung ini menghasilkan debu hebat yang mampu menembus jarak hingga 90 km. Letusan itu pun berdampak terjadinya gelombang laut sampai 40 m vertikal dan telah memakan korban sekitar 36.000 jiwa pada 165 desa baik di Lampung Selatan ataupun pada barat Jawa Barat. Dan karena letusannya itu telah melenyapkan Gunung Danan dan Perbuatan dari muka bumi dan menyisakan tiga pulau yaitu Pulau Panjang, Pulau Sertung, dan Pulau Rakata besar serta sebuahkaldera yang terletak di tengah ketiga pulau tersebut yang berdiameter 7 km.

Empat puluh tahun kemudian lahir keajaiban baru. Sekitar tahun 1927 para nelayan yang tengah melaut di Selat Sunda tiba-tiba terkejut. Kepulan asap hitam di permukaan laut menyembul seketika di antara tiga pulau yang ada, yaitu di kaldera bekas letusan sebelumnya yang dahsyat itu. Kemudian pada tanggal 29 desember 1929 sebuah dinding kawah muncul ke permukaan laut yang juga sebagai sumber erupsi. Hanya dua tahun setelah misteri kepulan asap di laut itu, kemudian muncullah benda aneh. "Wajah" asli benda aneh itu makin hari makin jelas dan ternyata itulah yang belakangan disebut Gunung Anak Krakatau.

Tapi misteri Gunung Anak Krakatau tidak sampai di situ. Gunung ini memiliki keunikan tersendiri, sebab gunung ini selalu menambahkan ketinggiannya sekitar satu senti tiap harinya. Gunung Anak Krakatau yang semula hanya beberapa meter saja, sekarang sudah dapat mencapai 230 mdpl dan sejak munculnya pada tahun1927. Gunung ini tercatat telah meletus sekitar 16 kali sejak Desember 1927 sampai Agustus 1930 dan 43 kali sejak 1931-1960 dan 13 kali sejak 1961-tahun 2000.