ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Sunday, January 18, 2009

Ketika Cinta mulai Merasuki Jiwa

“Indahnya dunia dapat dilihat mata, indahnya hati tak semua orang merasakan, indahnya cinta tak semanis naanua, tapi indahnya persahabatan tak ternilai harganya”

”Persahabatan itu seperti rumput ilalang terjalin erat tak kan pernah binasa. Kasih itu seperti angin selalu memberi tak pernah meminta. Cinta itu seperti bambu kokoh, teduh yang selalu bertunas dan memberi kesejukan di hati”

”Kenali aku lewat hatimu, cintailah aku dengan jiwamu, sayangi aku dengan perasaan dan berikan aku cahaya kasih sayangmu seperti matahari dan bulan yang selalu setia menerangi dunia”

Tahukah kalian, ini adalah pesan dari seseorang yang sama sekali tidak saya ketahui asal usulnya. Sebut saja namanya Paino (bukan nama aslinya-pen). Agaknya ini orang pengagum berat saya deh. He3x.. Ge-eR. Gimana ga’ Ge-eR, wong sering banget kirim pesan yang membuat hati ini berbunga-bunga dan melambung jauh ke angkasa. Perempuan mana yang tidak senang dirayu dan disanjung? Saya ini perempuan normal, yang punya kecenderungan suka dengan laki-laki. Lagian, sudah dari sono-nya kalau perempuan itu senangnya dibuat hatinya melambung-lambung...

Pesen yang gitu-gituan tuh, sebenarnya bukan dari Cuma satu doi ini aja. Bisa dibilang banyak-lah (wih..sombong, sok kecakepan. Ha3x...). terserah dah, kalian mau bilang apa, tapi yang jelas ini ga’ dibuat-buat. Bener-bener terjadi pada diriku. Cie..cie... tapi teman, Cuma dari doi satu inilah yang membuat pikiran saya untuk menggerakkan jari jemari ini menari di atas keyboard laptop kesayanganku ini. Laptop yang selalu setia menemaniku menuangkan ide-ide yang terkadang lucu, aneh dan kadang-kadang agak brillian dikit. Dari laptop ini juga, rezekiku terus mengalir memenuhi kebutuhan hidupku bahkan dari laptop ini juga Insya Allah akan menghantarkan saya menuju kehidupan yang lebih layak. Amin...

Oh ya. Kita kembali ke pesan singkat yang mau dijadikan bahan pembicaraan pada saat ini. Jadi teman, menurut analisa saya, kalau lelaki sudah menyempatkan waktunya untuk ber-sms-an ria dengan perempuan seperti pesan yang saya tulis di atas, artinya sedikit banyak lelaki itu menaruh hati dengan si perempuan tersebut. Apalagi intensitasnya bisa dibilang sering. Wah, agaknya analisa ini bisa dipastikan kebenarannya mencapai 79 persen-lah.

Wajar dong, kalau perempuan agak klepek-klepek dapet sms ginian. Perhatian dan tidak putus asa. Karena Ge-eR tadi, makanya pesan dari doi yang tak jelas asal muasalnya itu saya balas. ”Thx ya atas pesan romantisnya. Emang kamu tau saya dari mana?” gitu kurang lebih balasan yang ku layangkan pada si doi yang ngaku namanya anggep aja Paino. Saya tidak akan memberi tahu nama asli si doi pada kalian, khawatir nanti dibilang gosip lagi.

Terus ga’ lama si doi bales, katanya dia kenal saya dari internet dan katanya dia seneng baca tulisan saya. Ow..tambah jadi aja deh hatiku tak karuan. Dan hari-hari berikutnya pesan-pesan sarat makna itu terus masuk ke ponselku. Tapi sayang, lama kelamaan aku kok makin males membalasnya. Bisa dibilang dari sekian pesan yang dia lancarkan padaku, hanya beberapa saja yang ku balas dan semakin se sini, balasannya semakin datar aja. Alasannya sederhana, ga’ jelas orangnya dan menurutku, buang-buang waktu aja.

Tapi aku salut deh dengan si doi satu ini. Udah di tolak baik terang-terangan maupun tidak, tetep aja ga’ kenal putus asa. Hebat lo! Kalau di dunia pemasaran bilang, ini namanya upaya menancapkan atau menanamkan pesan pada konsumen sampai akhirnya masuk ke bawah alam sadarnya, sehingganya produk tersebut terekam dan tak terlupakan.

Saking tidak mengenal kata putus asa, akhirnya ini doi mengeluarkan kata-kata yang menurutnya, mungkin dengan kata itu si penerima pesan akan luluh hatinya. Mau tahu? Doi bilang mau mati dan doi minta maaf atas sikap dan kata yang tidak berkenan. Nah, di sini naluriku sebagai perempuan muncul lagi dan aku pun balas pesan itu. ”Ya udah sana, hati-hati dijalan ya, salam buat malaikat pencabut nyawa, tolong bilangin jangan dulu cabut nyawaku sebelum saya punya karya besar.Thx”
**
Inti dari cerita di atas adalah cinta tak terbalas. Begimana mau di bales, belum juga kenal ujug-ujug sms penuh rayuan. Ih..emang gue cewe apaan? Kenapa tak terbalas? Karena pada hakekatnya si doi tidak begitu paham makna cinta yang sesungguhnya. Cinta itu bukan sekedar kata. Butuh bukti untuk mewujudkan kata cinta itu. Satu diantarnya, kalau kata raja dangdut Indonesia Roma Irama ”Pengorbanan”.

Menurut saya, cinta itu tidak dapat diterjemahkan dalam arti kebendaan. Tapi cinta itu bisa dirasakan. Datangnya tidak di sangka dan mengeluarkannya pun alias untuk melupakannya juga tidak bisa di paksa-paksa. Magnetnya begitu kuat, chemestry-nya sudah merata dalam jiwa. Bicara soal cinta berarti bicara soal rasa. Rasa memang tidak bisa dibohongi. Kalau posisinya sudah sampai pada bawah alam sadar kita, apa aja tentang doi tak kan terlupakan. Iya ga’ sih? Hik3x...

Kata Anis Matta dalam buku Serial Cinta-nya mengatakan, cinta itu adalah seni bagaimana memberi, memperhatikan, menumbuhkan dan merawatnya dengan bijak pada orang yang dicintainya. Memberi tanpa pernah mengharap pamrih, memperhatikan dengan sepenuh hati, menumbuhkan terus semangat cinta dalam hati dan merawat cinta agar tidak usang dimakan usia ditengah kehidupan yang terus berputar ini. Jadi ga’ main-main ya makna cinta itu. Ketika kita bilang ’I Love You’ sesungguhnya ada beban berat yang siap kita pikul.

Dan tahukah kalian, pecinta sejati itu di dalam dirinya akan muncul keberanian, kejujuran, ketulusan dan semangat perubahan. Inilah kekuatan cinta. Ketika cinta telah merasuki jiwa ini, sesuatu yang tidak mungkin jadi mungkin karena didalamnya ada power. Itulah hakikatnya cinta sejati. Dan siapapun dia, akan sangat menantikan dan mengidamkan cinta sejati itu. Bukan sekedar kata. Tapi butuh bukti yang nyata dari wujud cinta itu. Itulah hakekat cinta sejati.

Oke teman! Yang menjadi pertanyaan, sejatikah cinta kita? Jawabannya yang tahu Anda sendiri.Wallahualam***

Thursday, January 15, 2009

Saatnya Boikot Produk Amerika

Sudah 20 hari Israel mencokolkan kakinya di negeri Palestina untuk membombardir Hamas dan masyarakat sipil Palestina. Berdasarkan pemberitaan yang beredar baik cetak maupun elektronik, sudah 1000 orang dinyatakan tewas, sementara tentara Israel cuma kisaran belasan atau puluhan yang tewas. Sungguh perbandingan yang tidak berimbang.

Bagaimana mau berimbang, Israel dibekalkan senjata lengkap sementara Hamas dan masyarakat Palestina hanya berbekal senjata ala kadarnya. Itupun, mungkin dapat nemu dari tentara Israel yang berhasil mereka bunuh. Ketidakberimbangan itupun kian terlihat, manakala Dewan Keamanan PBB tak kunjung memberi sanksi tegas terhadap Israel. Dunia sudah sangat marah dengan kebiadaban mereka tapi PBB tetap bersikap cuek bebek dengan dalih, bukan masyarakat sipil sasaran Israel melainkan Hamas.

Beberapa negara sudah mengusir kedutaan Israel, sebut saja Venezuela, Yordania dan beberapa negara lainnya. Bahkan Indonesia, Majelis Ulama (MU)nya sudah mengeluarkan fatwa pemboikatan terhadap produk-produk Amerika. Kenapa dengan Amerika, karena Amerikalah yang memberi restu pada Israel untuk terus melakukan genjatan senjata di Palestina.

Kalau mau dihitung-hitung, alangkah banyaknya produk-produk Amerika yang beredar di Indonesia. Dari perangkat lunak sampai perangkat keras, sebagian besar produk yang kita konsumsi adalah produk Amerika. Sejauh ini kita tidak sebegitu mengetahui jenis apa sajakah yang patut diboikot.

Ada bagusnya juga kalau fatwa MUI ini kita indahkan. Dengan kita tidak mengonsumsi atau mengurangi konsumsi produk Amerika, maka kita sudah ikut menyukseskan krisis perekonomian Amerika. Dengan begitu, Amerika tambah bangrut dan tidak ada dana lagi untuk menyumplay senjata ke Israel. Wah.. itu udah bagian daripada jihad membela saudara kita yang ada di Palestina.

Langkah pemboikatan produk-produk Amerika di Indonesia bisa dikatakan tidak mudah mengingat sejarah Indonesia yang pernah atau bahkan sedang menjadi negara bonekanya Amerika. Kenapa? Indonesia dulu pernah menerima suntikan dana segar lantaran krisis moneter yang melanda Indonesia di era lengsernya Mantan Presiden Republik Indonesia H. Muhammad Soeharto.

Bahasa halusnya, memang mendapat dana bantuan segar. Tapi hakikatnya, itu adalah pinjaman berbunga yang mencekik leher rakyat Indonesia. Gimana tidak menyekik leher, wong anakku yang belum tahu kapan lahirnya (belum jelas bapaknya siapa dan dimana keberadaannya-pen)saja sudah terhitung anak bangsa yang ikut menanggung beban hutang nenek moyangnya. Padahal, seujung kuku saja tidak menikmati, Eh..giliran terlahir ke dunia sudah dapat tagihan hutang yang belum terlunaskan. Gila banget kan?

Kembali pada perkara pemboikatan produk Amerika. Secara pribadi penulis sangat sependapat dengan fatwa MUI. Berdasarkan pemahaman yang penulis terima, sesungguhnya satu rupiah yang kita belanjakan untuk membeli produk-produk Amerika, itu sama saja kita membeli satu peluru untuk menghancurkan saudara kita yang ada di Pelestina.

Pemahaman ini harus terus disosialisasikan pada masyarakat Indonesia untuk membangun kesadaran pentingnya memboikot produk Amerika. Amerika bukanlah segala-galanya bagi Indonesia, menjalin hubungan dengan mereka bukanlah satu solusi menyelesaikan masalah. Justru kita makin terjebak dalam krisis yang berkepanjangan.

Selain membangun kesadaran betapa tidak ada untungnya menjalin kerjasama dengan Amerika, kita juga harus menumbuhkan semangat kecintaan terhadap produk dalam negeri. Dengan demikian, Indonesia berjaya dan tidak lagi menjadi babu dinegerinya sendiri, tidak lagi miskin di tengah kekayaan alam yang melimpah dan Indonesia akan jauh lebih bermartabat di mata dunia. Itulah hakikatnya nasionalisme sejati.

Tuesday, January 13, 2009

Syukur dan Berbaik Sangka Nyok!

Hari Minggu (11-01), saya dan Mardiati turut Pak Jajuli bertemu dengan anggota Kongres Buruh Islam (Kosbi) Tanggamus. Beberapa bulan belakangan ini memang saya sering sekali ikut turun gunung bertemu dengan masyarakat. Subhanallah, ternyata beliau itu orang yang sangat menyenangkan dan menenangkan.

Beliau adalah sosok bapak, teman dan sahabat yang luar biasa bagi saya. Menurutku, ia adalah salah satu inspirator bagi diri ini. Bersamanya saya belajar bagaimana bersyukur, percaya dan berhusnuzhaan (berbaik sangka pada Allah SWT). Dalam setiap perjalanan kami, beliau selalu menceritakan kisah hidupnya yang sangat dekat pada Sang Pencipta lantaran dua resep tadi.

Bersyukur atas nikmat usia, rezeki dan ketetapan yang Allah telah gariskan padanya. Berbaik sangka bahwa setiap permohonan sekecil apapun akan dikabulkan Allah SWT. Babeku ini (begitu saya suka memanggilnya), sangat cerdas mengaduk-aduk emosi orang lain. Wih.. mak nyuss...rasanya dada ini kalau sudah berdiskusi dengannya. Masalah seberat apapun di kepala ini jadi teredam karena siraman kalimat bijak yang ia sampaikan kepada kami.

”Eni, tidak ada satu doa pun dari hambaNya yang di sia-siakan. Percayalah itu,” tuturnya yang penuh dengan kelembutan. Menurutnya, nasib baik yang terus menyertainya tidak lain karena itu adalah bentuk syukur, percaya dan baik sangkanya beliau pada Sang Khaliq.

Ia menuturkan, kehidupannya bermula dari seorang tukang sapu di salah satu bimbingan belajar. Doa demi doa ia panjatkan. Awal beliau menikah, gaji yang diterimanya hanya Rp 125.000,- tapi dengan keyakinan dan mengucap Billahirohmanirrohim, menurutnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hidupnya. Rupanya, semakin ke sini, kebutuhannya semakin bertambah. Ia mengadu pada Allah ”Ya Allah, uang segini ga’ cukup buat membiayai kehidupan keluargaku. Tolong Ya Allah, tambah penghasilanku sekian,” akunya. Beberapa sebulan kemudian, penghasilan itu bertambah.

Ee.. rupanya penghasilan segitu masi juga ga’ cukup, ngadu lagilah babe sama Allah, ya Allah.. bla..bla... terkabul lagi. Sampe beliau punya mobil yang BMW pun bahkan sampe penghasilannya lebih dari Rp 20 juta pake ngadu sama Allah. Masya Allah, perasaan ini orang kemaruk amat ga’ ada cukup-cukupnya.he3x... tapi bukan nilai kemaruk yang mau ia sampaikan pada saya. Kalo babe bilang, Allah itu sangat senang kalo hambaNya berkeluh kesah dan menaruh harapan penuh padaNya. Allah itu Qaarib (dekat) bahkan lebih dekat dari urat nadimu. Sekali lagi bukan nilai kemaruk yang ingin beliau sampaikan pada saya, tapi nilai penghambaan dan hanya Allah lah tempat manusia menggantungkan segala hajat hidupnya. Bukan yang lainnya!

”Cerewetlah, curhatlah, nangislah, tumpahkan semua keinginan kami dan yakinlah bahwa Allah mendengar keluhanmu,” begitu babe menasehati aku. Awali hidupmu sedari bagun tidur dengan mengucap Hamdallah lalu sampaikan apa yang menjadi keinginanmu pada hari ini. Terus dan terus lakukan itu. Rasakan betapa dekatnya Allah pada kita dan kalau kita sudah bisa merasakan itu, hidup ini terasa lembut dan memang benar tidak ada makhluk yang bisa menjadi sandaran, tidak ada makhluk yang patut kita menaruh harapan. Hasbiyallahu wani’mal wakiil, ni’mal maula wani’mannashir (cukup bagiku Allah..cukup bagiku Allah...)

Aku, seorang Eni ini, sedikit banyaknya mulai mengikuti jejak babeku ini. Dikendaraan mulai sering ngoceh sendiri. Macem-macem deh permintaannya. Dari pengakuan dosa, minta dalam sebulan penghasilan sekian, minta dikuatkan hati supaya tetap hidup berjamaah, minta naik haji sama bunda, minta dapet jodoh yang bla..bla.., minta supaya punya karya besar dalam hidup. Wah..pokoke buanyak bener deh. Jadi malu ceritainnya;) cukup Allah aja yang tahu apa yang menjadi mimpi dan keinginan seorang Eni. Dengan keyakinan yang penuh, kekuatan berfikirku mengatakan, semua bisa tercapai!

Terima kasih babe sudah memunculkan optimisme pada diri ini, memunculkan keyakinan dalam diri ini, memunculkan berbaik sangka pada diri ini sehingga semangat menjadi yang lebih baik terus membakar diri ini. Allah.. hamba yakin, Kau tidak akan menyia-nyiakan hidupku. Sepenuhnya hidup ini sudah ku serahkankan bulat-bulan padaMu. Hamba yakin, orang-orang yang Kau dekatkan pada diri ini sebenarnya orang-orang yang bisa menjadi inspirasi dalam hidupku. Inilah, bentuk sayangMu pada ku ya.. Allah..

Terima kasih ya Allah....

Monday, January 5, 2009

Surat Cinta untuk Semua Keponakanku

Tanggal 31 Desember 2008, pukul 09.00 WIB, pada malam itu semua tempat hiburan dan pusat perkotaan ramai sekali. Tidak ada tempat yang lengang, setiap sudut kota dipenuhi dengan manusia yang hendak menikmati akhir tahun 2008.

Tepat jam itu, aku masih dijalan menuju pulang ke rumah. Sengaja aku berjalan dari took buku Gramedia sampai ke rumah. Kurang lebih 1 km, aku berjalan sendirian, tidak ada teman yang menemaniku. Keponakan yang sedang berlibur setia menantiku sampai rumah. Wah.. keponakan-keponakan yang sangat aku sayangi, naluri keibuaanku rasanya tidak tega pulang ke rumah tidak membawa apapun. Aku ingin sekali melihat mereka tersenyum bahagia menyambut kedatanganku.

Sesampainya di rumah, betul saja, mereka menanti kedatanganku. “Amah, kenapa pulangnya malam banget,” tegur mereka sambil melirik tas ransel yang ku bawa, seolah-olah di mata mereka mencari sesuatu di dalam tas yang aku gendong depan. Benar saja, ketika aku mengeluarkan sesuatu dari tas kebangsaanku, mata-mata mereka berbinar.hemm.. bahagia banget melihat anak-anak menunjukkan ekspresi senangnya padaku.

“Kalian tidak ikutan nikmatin malam tahun baruan?”tanyaku pada mereka. Srentak ketiga keempat keponakanku berkata “Kata amah, ini bukan tahun barunya orang Islam, gimana sih amah ini,”celoteh Salwa, keponakan dari kakak tertuaku Hijriyah. Dada ini seperti dialiri air telaga yang menyejukkan. Masya Allah, rupanya keponakanku masih ingat pesan-pesan yang ku sampaikan beberapa hari lalu.

Aku berpesan pada mereka, tahun baru bukanlah sesuatu yang harus dirayakan dengan meniup trompet, meletuskan petasan dan kembang api. Bukan begitu cara kita memaknai tahun baru. Tapi tahun baru harus dimaknai sebagai suatu perubahan yang muncul dari hati yang paling dalam. “Saya harus jadi jauh lebih baik dari kemarin,” begitu kurang lebih pesannya.

Lagi pula, islam juga punya tahun baru, kenapa kita begitu antusias dan berbangga hati merayakan tahun baru agama lain. Kalau kita sampai mengikuti kebudayaan ini, artinya dawah musuh Allah telah berhasil. Maukah kita mengikuti budaya musuh Allah? Serentak mereka menjawab “Engga Amah” duh… keponakan-keponakanku aku bangga dengan kalian.

Kemudian dalam pesan itu aku menambahkan, tahukah kalian, bahwa sekarang ini saudara kita yang ada di Palestina sedang mengalami musibah besar. Anak-anak seusia kalian luluh lantah, bertaburan mencari perlindungan. Mereka saat ini sedang dibombardir dengan Israel La’natullah. Mereka tidak lagi kepikiran mau niup terompet, tidak pula menangisi mainan yang direbut dari kawannya sendiri. Mereka tidak lagi main tembak-tembakan. Tapi mereka sudah perang sesungguh-sungguhnya perang. Ditangan mereka hanya ada ketapel, tapi mereka begitu bangga berdiri di depan tank-tank baja tentara musuh Allah. Mereka terlalu diri untuk menjadi dewasa, tapi itulah kenyataan hidup yang mereka alami. Semua itu mereka lakukan dalam rangka membebaskan tanah kelahiran mereka.

Sekarang yang menjadi pertanyaan amah kepada kalian, masihkah kita mau meniupkan terompet di tengah penderitaan saudara kita, masihkah kita mau bersenang-senang merayakan pergantian tahun saat saudara kita merintih kesakitan, sedih dan kelaparan? Sekali lagi, amah tidak melarang kalian ikut senang menyambut pergantian tahun, tapi itulah kenyataan hidup muslim dunia pada umumnya. Tertindas dan di adu domba dengan musuh Allah, supaya kita tidak lagi berbangga hati menjadi seorang muslim.

Aku bersyukur sekali, keponakan-keponakanku mulai paham, sadar dan berempati terhadap penderiaan saudaranya sendiri. Setelah aku menceritakan kronologi kenapa aku tidak menganjurkan mereka menuip terompet di malam tahun baru, mereka sering sekali menyimak pemberitaan Israel VS Palestina. Tak pernah aku bayangkan, mendengar muslim Palestina banyak yang berguguran, mereka keponakanku menitikan air mata. Subhanallah, mereka mulai merasakan penderitaan saudaranya.
***
Pada tanggal 2 Januari 2009, di Bandar Lampung ada aksi solidaritas Tragedi Jalur Gaza. Aku coba menawarkan pada mereka untuk mengikuti aksi itu. Luar biasa mereka menyambut dengan suka cita bahkan mereka menyisihkan uang jajan untuk saudaranya. Memang tidak besar, tapi semangat mereka untuk membela saudaranya begitu kencang.

Mereka tidak merasa kelelahan berjalan kurang lebih 3 KM dari masjid Taqwa sampai Bundaran Adipura. Shihab, Salwa dan Servi. Mereka mengikuti instruksi korlap aksi solidaritas itu. Israel…(Hancurkan), Amerika ….(Teroris), Palestina….(Bebaskan) sesekali mereka juga ikutan berlari-lari kecil mengikuti arus. Allahu Akbar, Amah begitu bangga punya keponakan seperti kalian. Kalian anak solih yang nantinya akan meneruskan perjuangan umat Islam sebelum kalian.

Doa amah, jadilah kalian anak yang cerdas, berbakti pada kedua orang tua, manusia yang berguna bagi bangsa dan agamanya. Amah akan terus bakar semangat kalian, amah akan terus dukung cita-cita kalian sampai kapan pun. Itulah tekad amah!

Lu’lu’ul A’la, Novita Rahmah, Sifaussalwa, Yulia, Serviana Yulita, Muhammad Shihab Abdullah, Ahnaf Wildani, Dzul Ashfi Arraihan, Ahda Sabila, Sahiba Milla Hanifa dan sementara terakhir Kaysa Ayaturrahman Muyassarah. Itulah nama-nama jundi dan jundiyah dari ke enam saudara kandung dan tiriku.

Salam cinta, sayang, peluk dan cium untuk semua keponakanku yang sudah dan akan lahir di bumi Allah. Wallahualam.

Saturday, January 3, 2009

celoteh tahun baru

Tahun 2008 sudah berlalu, kini saatnya memasuki tahun 2009. Tahun baru, semangat baru, menuju manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Itulah kurang lebih tagline yang sekarang saya usung untuk membakar diri ini, supaya jauh lebih baik dari hari sebelumnya.

Sesuai dengan Hadits Nabi, "Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari sebelumnya, dialah orang yang beruntung. Tapi barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka merugilah dia,"

Sepakatkah teman-teman dengan hadits yang baru saja saya utarakan di atas. Kalau sepakat, berarti kita sudah satu suhu untuk mewujudkan perubahan. Yah! perubahan menjadi manusia yang jauh lebih baik dan mulia di sisi Allah SWT dan manusia.
***
Eit..ceritanya mulai sedikit ngelantur dari judul di atas.

Sebenernya, saya mau cerita tentang keponakan yang tengah berlibur di rumah datuknya. Liburan mereka bertepatan dengan pergantian tahun. Tahukah teman, anak seumuran 6-10 tahun sangat senang sekali menikmati suasana pergantian tahun. Lah jangankan anak-anak, kita yang udah tuaan aja ga' bisa tidur mikirin pergantian tahun.

Senang melihat kembang api yang diluncurkan di udara, senang dengan bunyi sahut-sahutan petasan, senang dengan nuansa keramian dan senang dengan sahut-sahutan terompet kala pukul menujukkan 00.00 WIB dini hari. Saking senangnya, pada malam itu, hampir dipastikan semua orang tidak bisa tidur dan memutuskan untuk bertaburan keluar rumah untuk menikmati suasana pergantian tahun.

Budaya ini sudah sangat melekat di masyarakat seluruh dunia tanpa terkecuali. Semua orang begitu mengagungkan pergantian tahun. Sadarkah kita, bahwa sebagian besar yang merayakan pergantian tahun adalah beragama islam yang notabene hampir 95 persen adalah penduduk terbesar di dunia dan di Indonesia.

Kenapa pergantian tahun Hijriyah tidak sebegitu meriah pergantian tahun masehi? walah...panjang deh ceritanya. Butuh pemikiran dan usaha yang keras untuk merubah paradigma yang sudah mengakar rumput di diri orang islam sendiri.

Pergantian tahun semestinya tidak dimaknai dengan semangat meniup terompet dan sejenisnya. Ada makna yang mestinya kita renungkan. "Apa yang sudah saya perbuat untuk diri saya, keluarga saya, masyarakat saya, bangsa saya, agama saya,"

Tambah tahun, artinya tambah pula usia saya tapi jatah hidup di dunia ini semakin berkurang. Apa yang mesti saya pertanggungjawabkan selama saya hidup di dunia? Apa tujuan saya hidup di dunia ini? Apa cuma menuh-menuhin dunia atau memang ada amanah yang harus dijalankan?
***
Wah.. ngantur lagi neh.. Sorii.. di kepala ini banyak bener yang mau diomongin.

Tapi intinya begini, tahun baru 2009 saya sedikit merasa senang. Senang karena sudah mulai sedikit ngeh memaknai hidup. Yang bikin seneng lagi, hati ini sekarang mulai sedikit peka dengan lingkungan. Sekarang ini sepertinya ga' pengen deh ngerti sendirian, sekarang ini pengennya setiap ilmu yang udah didapat pengennya di transfer ke orang lain. Paling seneng nransfer ilmunya sama keluarga, keponakan juga teman.

Tahukah kalian, waktu pergantian tahun dari 2008 ke 2009 itu bertepatan dengan agresi militer tentara Israel La'natullah ke Palestina. Dalam insiden itu sedikitnya 300-an muslin Palestina meninggal dunia dan 2000-an lainnya luka-luka berat dan ringan. Korbannya anak-anak, wanita dan orang tua. Tidak ada aba-aba apa pun dalam menyerangan itu. Sampe tulisan ini saya buat, Israel tetap bersikukuh melancarkan agresinya dengan alasan meluluh lantahkan pemerintahan Hamaz.

Yang cukup buat gigi ini semakin geretekan, Dewan Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) tidak bertindak tegas atas pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap muslim Palestina. Sehingganya, dengan penuh kesombongan dan kecongkakan, Israel mengatakan akan terus melakukan agreasi seenak jidatnya. Masyarakat dunia mengecam kebiadaban Israel. Tapi sayang, PBB bergeming, tak berkutik mencegah tindakan Israel.

Tapi bagaimana kalau itu terjadi di negara belahan Eropa? pasti yang terkena imbasnya negara islam. Islam di anggap sebagai agama yang menebarkan permusuhan, teroris dan sebagainya. Untuk itu, Islam harus dibumihanguskan. Masya Allah...Dan yang paling bikin hati ini tambah miris, orang islamnya sendiri mengiyakan, membenarkan perkataan lawannya sendiri. Aneh ya..

eh, udah dulu ya... kali lain dilanjut lagi banyak urusan;)
c u