ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Pages

Friday, June 26, 2009

Anak Solih Harapan Kita Semua

Halloo..ketemu lagi dengan topik yang berbeda. Kali ini aku mau cerita tentang perkembangan keponakanku yang benama Ahda Sabila.

Ahda Sabila itu, keponakan dari abangku yang bernama Khoirul Anwar yang menikah dengan Wiwik Sulianti sekitar 2 tahun lalu kalau tidak salah.

Bulan Mei kemarin, usia Ahda genap 1 tahun. Ahda termasuk anak yang lincah dan cepat pertumbuhannya dari sekian banyak keponakanku. Sebelum satu tahun, Ahda sudah bisa berjalan dan enam gigi depannya sudah tumbuh. Nah, tepat usia yang satu tahun, dia sudah mulai belajar berbicara. Tapi sayang, vocab yang pertama kali bisa dibicarakan dengan lancar adalah "Apa lo?"

Gaya bicara yang begitu, sambil dia tunjukkan ekspresi kepala yang mendangak dan mata dengan tatapan sinis. Ini menandakan bahwa dia sedang kesal. Nah, rasa kesal itu, biasanya tumpah manakala dia sedang berebut mainan dengan Abangya yang bernama Zul Asfi Arraihan. Kata 'Apa lo' ini dia dapat dari abang yang satu ini.

Kalau abangku bilang, satu kebanggaan mendengar Ahda bisa bicara dalam waktu yang relatif cepat. Tapi disayangkan, kosakata yang pertama kali keluar bukan kata-kata yang indah dan menyenangkan untuk didengar oleh teliga kedua orangtuanya serta paman dan amahnya.

Yah..namanya juga anak seusia Ahda. Pasti kata yang keluar adalah kata yang kerap ia dengar dari lingkungan sekitarnya. Amah sih, melihat gaya kamu yang begitu, sebenarnya ga seneng, tapi dengan ekspresi yang polos itu, maka Amah cuma bisa ketawa. Lucu abis. Ha3x...

Ga ada yang salah dari sikap Ahda maupun Asfi. Kalian begitu karena kalian hidup bersosial, karena kalian bukan mahluk individual. Pun demikian halnya dengan Wildan, Wildan seneng nonton senetron Inayah atau hafal dengan lagu-lagu orang dewasa juga, karena Wildan hidup dalam sebuah komunitas.

Tidak ada yang salah dengan diri kalian. Karena pada hakikatnya, anak itu, diibaratkan kertas kosong. Sistem ingin menggoreskan apa saja, memori kalian mudah sekali menyerapnya dan memori itu, terus akan melekat pada diri kalian dan pada akhirnya membentuk pribadi/karakter kalian. Saat ini kalian belum bisa menyerap dan menyaring sistem dengan baik.

Disinilah, tugas orang tua kalia sayang. Meluruskan, membenarkan dan menerangkan dengan bahasa yang mudah kalian mengerti. Tapi proses meluruskan itu, bukan pula dengan cara yang keras. Karena rosul tidak pernah mendidik cucunya Husein dengan kekerasan. Beberapa kali, Husein sering naik di atas pundak rosul manakala beliau sedang solat. Tapi rosul tidak pernah marah.

Nah, abang dan ayu ku. Didik dan besarkan semua keponakanku dengan baik. Dengan cara yang dibenarkan. Jangan perlakukan mereka dengan keras tapi tidak pula terlalu lembek, sehingga mereka bisa berlaku kurang ajar dengan kalian nantinya. Ke depan, mereka punya karakter yang seperti apa, itulah hasil didikan kalian. Maka azamkan dari sekarang, didik mereka dengan baik.

Aku ingin semua, generasi kita adalah generasi yang solih/hah. Generasi yang punya nilai manfaat di masanya nanti. Generasi yang bisa membawa gemilangnya Dinullah di muka bumi ini. Bukan generasi yang menghambat visi yang sudah kita bangun sejak beberapa tahun lamanya. Didiklah anak-anak kita, jadi anak yang solih. Karena mereka adalah harta yang tak tertandingi dengan apapun.