ani muslihah. Powered by Blogger.

Archives

kolom komentar


ShoutMix chat widget

Search This Blog

rss

Monday, January 4, 2010

Potret Nyata Pendidikan Masyarakat Kecil Perkotaan

Senin (4-01) awal tahun 2010. Hari ini merupakan hri pertama siswa dan siswi sekolah memulai kembali aktivitas belajar mengajar. Seperti biasanya, setiap Hari Senin, jam belajar pertama dimulai dengan upacara bendera. Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 selaku pembina upacara berpesan dalam amanatnya untuk memulai tahun baru dengan semangat belajar yang baru. Mengejar prestasi yang belum dicapai.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 08.00 wib, siswa dan siswi SDN 1, Enggal, Bandar Lampung, bubar berlarian berebut mendekati guru yang ikut juga berbaris untuk bersalaman, setelah itu siswa masuk kelas masing-masing. Seperti biasanya juga, pada hari pertama masuk sekolah tidak langsung dimulai dengan aktivitas belajar mengajar.

Dari luar tampak terdengar suara riuh anak-anak. Ow..rupanya masing-masing anak antusias menceritakan perjalanan liburannya. Di tambah liburan kali ini bertepatan dengan pergantian tahun. ”Uh.. aku ga bisa tidur pas malam tahun baru, soalnya seru kepengen liat kembang api dan petasan,” celoteh Dandi salah satu siswa SDN 1 Enggal, Bandar Lampung.

Tak lama kemudian, seorang guru dengan mengenakan seragam hijau yang dipadu dengan jilbab hijau ( terlihat rapih dan anggun), sambil memegang buku yang didekapnya di dada, masuk ke ruang kelas. Spontan suara riuh dari murid-murid terhenti dan murid pun memosisikan tangan berlipat di atas meja. ”Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokatuhu, selamat pagi ibu guru,” ucapan murid menyambut gurunya dengan dikomandoi ketua kelas.

Seperti yang sudah penulis ceritakan di atas, pada hari pertama masuk sekolah siswa tidak memulainya dengan aktifitas belajar mengajar. Guru kelas tersebut memulai pertemuannya dengan menanyakan kabar dan menuliskan jadwal pelajaran pada siswa sekolah. Begitulah, aktifitas pertama siswa masuk sekolah di SDN 1 Enggal.
**
SDN 1 Enggal, Bandar Lampung secara teritorialnya terletak di jantung Ibu Kota Bandar Lampung yakni di Tanjung Karang Pusat. Sekolah ini tidak jauh dari pusat pemerintah dan keramaian. Dari bagian selatan tidak sampai jarak tempuh satu kilometer, kantor pemerintahan Kota Bandar Lampung, dari arah timur sekitar satu kilometer lapangan merah Enggal, 500 meter dari sekolah tersebut sudah jalan besar Pangeran Diponegoro.

Namun sangat disayangkan sekolah yang berdiri sejak tahun 1982 ini, tidak berkembang secara maksimal. Bahkan menurut kepala sekolah SDN 1 Enggal, Sriyati Helmi, perkembangan sekolah tersebut cenderung menurun kalah bersaing dengan sekolah favorit disekitarnya.

Banyak hal yang membuat sekolah ini menjadi kerdil meskipun posisinya berada di jantung kota. Pertama, sekolah ini jika dibandingkan dengan sekolah lain disekitarnya, merupakan sekolah termuda. Kemudian, masyarakat dilingkungan tersebut merupakan pasangan yang tidak produktif lagi (lanjut usia). Kalaupun, ada anak usia sekolah di sana, masyarakat di sana cenderung menyekolahkan anak-anaknya disekolah favorit. Mahal dan terjamin secara kwalitasnya.

”Hanya sebagian saja yang mau menyekolahkan anaknya kemari,” tutur wanita paruh baya ini. Itupun menurut Sriyati, anak yang sekolah di SD tersebut secara ekonomi menengah ke bawah. Sebagian besar orangtua anak didiknya bekerja sebagai buruh kasar. Orang tua yang memiliki pemahaman rendah akan pentingnya pendidikan.

Dapat penulis informasikan, sejak bangunan sekolah ini berdiri tahun 1982, baru direnovasi untuk keduakalinya pada tahun 2003. Sementara pengadaan meja dan bangku baru mendapat bantuan satu lokal (20 meja dan 40 bangku) dari 6 lokal yang dipergunakan. Sisanya adalah bangku dan kursi yang lama, bahkan sudah tidak laik pakai lagi.

”Kami sudah mengajukan proposal untuk pengadaan bangku dan kursi pada pemerintah, namun belum mendapat respons dari pemerintah. Mungkin, masih banyak kebutuhan yang lebih prioritas ketimbang sekolah ini,” ujar ibu kerkacamata ini.

Namun demikian permasalahannya, tidak lantas menyurutkan semangat Sriyati beserta sejumlah guru yang ada untuk membantu program pengentasan wajib belajar 9 tahun. Dirinya terus berusaha dengan segenap kemampuan dana yang ada, seperti tenaga dan pemikiran untuk menghantarkan anak didiknya kejenjang kesuksesan yang gemilang.

Kembali pada kendala yang membuat sekolah ini sulit untuk berkembang pesat. Sisi lain, pihak guru kurang mendapat support dari wali murid. Seperti yang sudah tersampaikan di atas juga, bahwa orang tua murid sebagian besar berprofesi sebagai buruh kasar. ”Yang ada dalam benak orang tua anak didik kami adalah uang. Sekolah bukanlah hal yang prioritas,” akunya.

Menurutnya, pihak sekolah selalu menjemput bola supaya mereka mau menyekolahkan anak-anaknya. Berbagai stategi sudah dijalankannya untuk menarik minat anak dan orang tua supaya mau belajar. Sebagai contoh, setiap tahun ajaran baru, Sriyati dan sejumlah guru yang ada selalu bergerilya ke rumah-rumah warga tidak mampu. ”Kami menyiapkan baju seragam sekolah, sepatu, buku dan peralatan kebutuhan anak-anak sekolah untuk mengajak mereka,” ceritanya.

Namun ditengah perjalanan, terkadang semangat anak menurun, bahkan ada saja yang memundurkan diri dan tidak melanjutkan sekolah dengan berbagai alasan. Padahal, satu sen pun anak didik tidak pernah dipungut biaya. Atas kurangnya motifasi anak dan kurangnya kesadaran orang tua akan pendidikan ini, membuat pihak SDN 1 Enggal, terkadang merasa kewalahan.

”Kalau sedang ada pertemuan dengan guru lain, saya suka minta pendapat mereka untuk mengembangkan sekolah ini. Tapi tetap saja hasilnya selalu mentah,” tuturnya sambil tertawa.

Demikian halnya kalau sudah memasuki waktu Ujian Nasional. Menurutnya, pihaknya juga bergerilya lagi ke rumah anak yang tidak mau mengikuti ujian. Kembali merayu anak dan orang tua untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. ”Jadi tugas kami double. Satu sisi kami dibebankan dengan targetan kelulusan anak. Sisi lain, kami juga harus merayu mereka untuk kembali sekolah,” tutur Sriyati.

Kembali pada sejarah perkembangan pendidikan di sekolah SDN 1 Enggal. Sejak berdiri hingga tahun 2010, sudah 4 kepala sekolah yang mengelola sekolah tersebut. Tahun pertama masih merintis. Pergantian kepala sekolah ke dua, sekolah ini mengalami perkembangan yang baik. Kemudian kepala sekolah ke tiga dan sekarang terus saja mengalami penurunan.

Dapat diinformasikan juga, meskipun keterbatasan dana karena mengandalkan bantuan sepenuhnya dari pemerintah, sekolah ini sebenarnya tidak kalah bersaing. Prestasi sekolah ini selalu tidak pernah lebih dari 10 besar se Tanjungkarang Pusat. Pernah juga meraih juara tingkat nasional bidang olahraga. Tidak kalah pentingnya, sekolah ini juga menyiapkan fasilitas komputer yang satu ruangan dengan ruang guru dan kepala sekolah. Namun disayangkan, sekolah ini tidak ada perpustakaan yang memadai. Selain tidak ada lokal untuk dijadikan perpustakaan, faktor lainnya adalah rendahnya motivasi anak untuk belajar serta keterbatasan dana.

0 komentar: